Mohon tunggu...
yudhi
yudhi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendidikan itu mengobarkan api dan bukan mengisi bejana. (Socrates)

Suka tertawa sendiri, tetapi tidak gila. Hu hu hu ha ha ha ....

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jokowi Klaim Ekonomi Baik, Tetapi Hanya Unggul Tipis 55%

22 April 2019   15:50 Diperbarui: 22 April 2019   15:56 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilpres 2019 sudah selesai dan Jokowi unggul dengan persentase 55% berdasarkan hasil quick count. Tetapi persentase 55% ini merupakan sebuah peringatan keras bagi Jokowi, karena selama ini Jokowi mengklaim berbagai keberhasilan pada masa pemerintahannya, tetapi kenapa di pilpres 2109 hanya menang tipis 55% ? Bahkan, bukan tidak mungkin Jokowi bisa kalah dalam pilpres 2019 kalau seandainya lawannya adalah orang lain selain Prabowo.

Singkat kata, kemenangan Jokowi di pilpres 2019 ini tidak bisa dibanggakan, tetapi kemenangan ini seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi Jokowi dan pemerintahannya ke depan bahwa persentase kemenangan tipis 55% di pilpres 2019 menandakan mayoritas masyarakat Indonesia sebenarnya sangat kecewa dengan Jokowi dan menginginkan perubahan.

Jokowi klaim kondisi ekonomi baik, tapi fakta di lapangan berkata lain, di mana daya beli masyarakat menurun, harga-harga kebutuhan pokok relatif tinggi, dan sulitnya mencari lapangan kerja.

Selama ini, pemerintah hanya sibuk dengan usaha online-online, perdagangan impor-ekspor, dan mengundang investasi asing masuk ke dalam negeri. Sementara itu, masyarakat desa hanya paham dengan realitas yang ada di hadapan mereka, yaitu sawah, ladang, kebun, dan peternakan. Pagi hari, masyarakat desa bangun tidur dan pergi ke sawah, ladang, kebun, dan  kandang ternak untuk bekerja guna memperoleh penghasilan dari hasil pertanian mereka. Masyarakat desa tidak paham tentang jual-beli online dan persoalan impor-ekspor, tetapi yang mereka pahami hanyalah mengangkat cangkul dan menggarap sawah untuk memperoleh penghasilan bagi kehidupan mereka.

Di sini, bisa kita lihat bahwa pemerintah sudah salah arah dalam mengurus ekonomi karena tidak menyentuh realitas yang ada pada lapisan masyarakat kelas bawah. Di saat pemerintah menginginkan perekonomian yang high-class (usaha online dan impor-ekspor), tetapi realitas ekonomi yang ada di masyarakat adalah low-class (petani dan peternak).

Ke depannya, saya berharap bahwa pemerintah Jokowi mau memperhatikan secara serius mengenai ekonomi low-class (petani dan peternak), karena masyarakat kelas bawah itu tidak tahu mengenai jual-beli online dan persoalan impor-ekspor, tetapi yang mereka tahu hanyalah sawah, ladang, kebun, dan kandang ternak yang bisa mereka garap untuk memperoleh penghasilan bagi kehidupan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun