Mohon tunggu...
Prastiwo Anggoro
Prastiwo Anggoro Mohon Tunggu... Insinyur - ingenieur

Seorang pemerhati lingkungan, budaya dan sumber daya manusia. Aktif di perkumpulan kepemudaan, Keinsinyuran, Lingkungan dan Pendidikan. Memberikan kontribusi melalui infiltrasi ke generasi muda dan berusaha menulis satu topik setiap minggu sekali.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Belajarlah ke Supplier Negeri Tirai Bambu

26 Oktober 2019   10:56 Diperbarui: 26 Oktober 2019   11:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya terkagum dengan prinsip supply chain yang di terapkan oleh supplier dari negeri Tirai Bambu. Bagaimana tidak, dalam 2 kali pemesanan barang yang saya order melalui sebuah aplikasi online, 2 jenis barang tersebut di kirim langsung dari sana dan saya tidak perlu memiliki ijin impor.  Hal ini seharus nya yang di lakukan para eksportir dari Indonesia

Senada hal tersebut diatas dalam Sidang Kabinet Perdana, Presiden Jokowi Instruksikan ijin ekspor di permudah, bahwakan apabila perlu menandatangani nya ngak usah pakai lama, tutup mata saja. - Kamis 24 Oktober 2019

Sejati nya prinsip supply chain, dari mulai manufaktur ke warehouse, kemudian ke supplier dan terakhir ke konsumen. Alur rantai ini sudah seharusnya mengadopsi industry 4.0. 

Kita selaku konsumen, memesan barang dengan menggunakan aplikasi di Handphone, terdapat berbagai jenis produk yang bisa di pilih. Tentu saja ada pertimbangan mulai dari :

1. Jenis Produk yang di tawarkan

2. Kualitas 

3. Harga

4. Jangka waktu pengiriman 

Dari 4 kriteria di atas,supplier dari negeri Tirai Bambu mampu memenuhi 3 kriteria diatas. Sedangkan untuk jangka waktu pengiriman hanya berbeda 2-3 hari saja dengan supplier di dalam negeri. 

Sebuah ironi, di saat konsumen dari Indonesia di suguhkan dengan barang-barang import yang murah dari sana, di saat bersamaan de-industrilisasi memang lagi terjadi di Indonesia. Inilah faktor utama nya

Data Terakhir, BPS mencacat neraca dagang Indonesia di September 2019 desifit 160 juta  USD, dan berpotensi "jurang" defisit semakin melebar hingga akhir tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun