Mohon tunggu...
Prasetyo restu Wardhana
Prasetyo restu Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang yang suka mempelajari banyak hal terlebih dalam dunia seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketahanan Sosial Pada Masa Mengisi Kemerdekaan

31 Oktober 2022   22:23 Diperbarui: 31 Oktober 2022   22:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama ini konsep ketahanan sudah dipahami pada konteks keamanan, ketersediaan pangan serta keberlanjutan tenaga, serta jaring sosial menghadapi darurat mala alam. pada konteks sejarah Indonesia, periode 1950-an adalah periode saat ketahanan sosial rakyat Indonesia sangat diharapkan serta telah dibuktikan. Periode ini artinya masa pembangunan pascaperang, yaitu Perang global II (1942-1945) dan  Perang Kemerdekaan (1945-1949). Periode ini dikatakan menjadi masa kritis karena adanya banyak sekali kondisi darurat yang dikelilingi oleh keterbatasan infrastruktur, minimnya aturan pemerintah serta nihilnya pengalaman menjadi bangsa yg bernegara. sering dinamai sebagai masa mengisi kemerdekaan, periode 1950-an merupakan tahun-tahun awal waktu pucuk-pucuk pimpinan kekuasaan berupaya mewujudkan makna kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan 1945. Upaya ini antara lain berupa program-program pembangunan nation building serta state building. Kaum elit negara di tahun 1950- an menilai serta beranggapan bahwa massa rakyat Indonesia buta ideologi. Sebuah dokumen pemerintah tahun 1953 menyatakan bahwa kebanyakan rakyat Indonesia tak memahami arti menjadi satu bangsa serta sebagai rakyat dari sebuah negara terbaru merdeka. Mereka selama berabad-abad sudah hidup menjadi hamba pada pola kawula-Gusti (file Muhammad Yamin No. 247:1, ANRI). dari kalangan elit pemerintah, warga  yang seharusnya sebagai masyarakat negara Indonesia merdeka ialah rakyat yg percaya pada kemampuan sendiri, penuh motivasi serta gelora dengan semangat buat kemajuan serta aecba9233af93db24f3db6b7799be4ce hayati beserta (Kementerian Pendidikan, pedagogi, serta Kebudayaan 1951: 6). dilema terbesar yg muncul dari penggambaran massa-masyarakat tahun 1950-an, menjadi tak berdaya dan  tidak memahami apa-apa tentang makna menjadi rakyat negara, artinya berkembangnya hegemoni narasi negara wacana kewargaan. dengan penggambaran masyarakat menjadi pasif itu, negara yang diwakili oleh elit-elit pemerintah menampilkan diri menjadi rujukan tunggal pemaknaan atas makna menjadi Indonesia. seluruh aktivitas rakyat diarahkan dalam bingkai idealisme pembentukan negara.

Praktik kewargaan di 1950-an secara sosial mewujud pada aneka macam bentuk. Secara sosial maksudnya bahwa bentuk-bentuk kewargaan tersebut berhubungan eksklusif dengan kebutuhan warga  dalam kehidupan kolektif mereka sehari-hari. berasal pembagian terstruktur mengenai informasi di banyak sekali surat informasi periode tadi, diperoleh empat bentuk besar  partisipasi masyarakat dalam kehidupan warga . Keempat bentuk kewargaan itu adalah (1). aktivitas buat penguatan ciri-ciri kebangsaan, (2). Filantropisme menjadi jaring pengaman sosial, (3). serikat sebagai wadah kewargaan, dan  (4). somasi warga  menjadi kontrol. Setiap bentuk kewargaan memuat unsur- unsur substansi peristiwa konkrit yg pada artikel ini dinarasikan secara semi verbatim, artinya berdasarkan versi orisinil yang tertulis di koran. Upaya menciptakan kesadaran kolektif menjadi bangsa yg merdeka jua dilakukan antara lain menggunakan menegaskan balik  semangat revolusi. Panglima Kodam III/17 Agustus, kol Soerjosoempeno, dikutip Harian Rakjat mengatakan bahwa revolusi kita bukanlah revolusi tentara dan  pemuda namun ialah revolusi kita beserta. Justru sebab itu Jika terdapat seseorang anggota tentara atau lainnya yang mengaku berjiwa pemuda, dan  berlagak seakan-akan golongan dialah yg benar-benar berevolusi sedangkan yg lain tak, maka mereka tadi harus pada-retul (Harian Rakjat, 15 Desember 1957: II). Apa yg disampaikan Soerjosoempeno mengangkat balik  wacana kebangsaan sebagai yang akan terjadi usaha fisik, yg maknanya di tahun 1950-an dialihkan ke pada perilaku mental, yaitu mau berubah secara mendalam (revolusioner). salah  satu karakteristik ketahanan sosial masyarakat tahun 1950-an yg sangat menonjol adalah kolektivitas. Lewat berbagai kegiatan kolektif, anggota rakyat menunjukkan kepedulian sosial mereka atas aneka macam masalah. di sisi lain, berkembangnya partisipasi bersifat komunal yg melibatkan organisasi- organisasi politik, misalnya dalam aktivitas sosial seperti acara sunatan yg poly diadakan sang organisasi-organisasi Islam, artinya sebuah kemungkinan yg tidak tanggal asal pemaknaan partisipasi yang politis sifatnya, bukan sekedar respon sosial pada warga . Artikel ini merogoh kasus praktik- praktik ketahanan sosial warga  berasal periode 1950-an, yaitu tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia ketika struktur negara masih dalam proses pembentukan dan  acara-program negara buat kesejahteraan masyarakat masih belum menemukan wujudnya. sebab itu, studi-studi dan  pemahaman tentang ketahanan sosial perlu diperluas dalam hal rentang atau cakupan ketika. dalam hal ini, pendekatan sejarah atas praktik ketahanan sosial masyarakat di masa lalu menjadi sangat penting dan  relevan. Lewat kajian sejarah bisa diketahui proses perubahan makna ketahanan sosial sepanjang suatu rentang waktu, dan  bentuk-bentuk dan  konteks kemunculan ketahanan sosial rakyat dari ketika ke ketika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun