Ada yang tertarik untuk terjun ke meja penulisan? Berikut ini tips menulis lebih produktif dari pada hari kemarin. Tak ada salahnya melirik, mampir, singgah atau bahkan bertempat tinggal di meja kepenulisan. Ada banyak manfaat dari melirik hobi menulis ini. Terlebih lagi  Allah SWT menyinggung masalah kepenulisan ini dalam  Q.S Al-Qalam:1, artinya: "Nun, Demi pena dan apa yang mereka tuliskan."
Manfaat dari menulis ini pun bisa menjadi bahan pertimbangan. Pertama, sebagai sarana menyampaikan kebenaran/kebaikan. Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin  Amr radhiyallahu'anhu, Rasulullah Shallallu' alaihi wa sallam bersabda: "Sampaikanlah dariku walau satu ayat!" (H.R al-Bukhari). Nah menyampaikan kebenaran/kebarikan ini bisa lewat tulisan.
Kedua, menulis dapat meninggikan derajat di dunia dan di akhirat. Mempertimbangan janji Allah, Q.S az-Zalzalah: 7, artinya: "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat balasannya."
Ketiga, ikut andil dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dan tentunya ilmu pengetahuan yang tengah berkembang itu juga ikut andil dalam mengembangan kualitas kita. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya."
Keempat, menjadi obat penyakit lupa. Menulis menjadi obat lupa lantaran dalam proses menulis itu kita mengerahkan seluruh proses berpikir kita mulai mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Ini menjadi sarana olahraga otak yang ampuh.
Kelima, menjadi orang yang lebih bermanfaat tentunya. Dari topik yang kita tulis akan mendatangkan manfaat, mulai dari ilmu untuk orang lain dan diri penulis hingga menjadi sebuah income untuk penulis.
Meja kepenulisan menanti karyamu! Berikut ini tips menulis lebih produktif dari kemarin.
1. Carilah Teman yang Suka Menulis
Dulu semasa SMA, saya punya teman yang cukup pendiam. Kelihatan alim bahkan. Rambutnya tertata rapi begitu pula bajunya. Nah memasuki kelas 2 SMA, kami masuk kelas IPS. Waktu itu kelas IPS seolah menjadi kelas yang berisi anak-anak hasil sortiran. Maksudnya yang baik-baik sudah dimasukan kelas IPA sisanya IPS. Teman saya ini ketika dikelas 1 SMA sering dipanggil Ustad. Wajahnya yang dominan alim itu mirip ustad-ustad di televisi, akhirnya ada pak Ustad di kelas kami.
Berhubung kompisisi kelas IPS adalah anak hasil sortiran, residu kali ya, akhirnya tertip, rapi, rajin, mendengarkan guru itu mejadi mitos. Kebiasaan-kebiasaan baru muncul dikelas kami. Mulai dari bolos masuk kelas, bolos sekolah hingga 2 bulan, sampai ngerokok dan minum diwarung belakang sekolah. Kantin maksud saya. Anak-anak kelas IPS ini bawa ciu dari luar sekolah, dibawa ke sekolah dengan alasan obat stress. Entahlah, perasaan mereka tidak cari uang buat bayar SPP, stressnya datang dari mana coba.Â
Oke disinilah pointnya, teman saya yang Ustad tadi menjadi bagian dari anak-anak yang dilebel residu tadi. Dia mulai terlihat kurus, bawa rokok lengkap dengan koreknya, bolos, dan minum.Â