Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... profesional -

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Membaca

19 April 2013   19:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:56 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bukan hanya pekerjaan yang membutuhkan strategi. Kegiatan membaca pun demikian. Bahkan, aktivitas yang satu ini bisa dibilang sangat penting. Bagi kebanyakan penulis, membaca adalah modal dasar sekaligus modal utama. Masalahnya, minat baca di masyarakat kita belum dapat disebut menggembirakan.

Contohnya banyak. Saat berkeliling ke sekolah-sekolah di berbagai kota di Jawa Timur, ketika jam istirahat perpustakaannya justru sepi peminat. Hanya ada satu atau dua orang yang berada di sana. Itu pun sudah pasti yang satu adalah petugas perpus dan satu lagi seorang guru. Yang saya amati, sebagian siswa baru sowan ke perpus apabila ada tugas dari guru mereka.

Pekerjaan rumah terbesar saat ini salah satunya adalah menggiatkan secara terus-menerus kegiatan membaca. Salah satunya, membuat aktivitas ini menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menjadikannya suatu kebutuhan primer.

Karena itu, tidak bisa tidak, hal ini harus dimulai dari diri sendiri. Baru kemudian kita ikut menularkan ”kampanye” membaca tersebut ke orang lain. Agar membaca jadi menyenangkan, jelas diperlukan strategi.

Pada tahap awal, kita mesti menyediakan bacaan-bacaan yang ringan. Kita bisa mendapatkan lewat membaca setiap posting di mailing list (milis). Kita juga dapat memulainya dengan membaca buku dengan tema yang sesuai dengan hobi. Misalnya, membaca buku-buku kuliner bagi penghobi kuliner, membaca komik bagi penggemar komik, membaca rubrik parenting bagi penyuka bidang tersebut, dan lain-lain.

Tahap awal ini mesti dilakukan secara kontinyu setiap hari. Yang paling baik adalah kita meluangkan 10-15 menit untuk membaca buku-buku dengan rubrikasi yang menarik minat atau perhatian. Apabila sudah mulai menemukan keasyikan membaca, kita dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Yaitu, membaca sesuatu bidang baru yang memberikan banyak pengetahuan dan khazanah baru. Efeknya, tentu saja ada pengalaman baru pula yang kita dapatkan.

Kita juga bisa menerapkan berbagai metode membaca. Misalnya, teknik membaca cepat seperti skimming dan scanning ataupun teknik membaca teliti seperti close reading/slow reading.

Meng-upgrade pengetahuan adalah salah satu bagian dari kebutuhan hidup. Hal ini bisa diperoleh melalui kegiatan membaca. Maka, aktivitas yang satu ini perlu dikembangkan dan bisa menempati posisi sebagaimana kebutuhan primer lain layaknya makan dan minum.

Kita tentu bakal merasa minder apabila tidak ngeh atau tidak nyambung saat terjadi perbincangan dengan rekan atau kolega tentang topik tertentu. Hal ini bisa disiasati dengan melahap banyak bacaan. Sekolah dan perguruan tinggi bukan satu-satunya tempat yang bisa mencerdaskan seseorang. Toko buku atau tempat buku loak/bekas pun merupakan salah satu ladang ilmu.

Apabila aktivitas membaca ini sudah sangat akrab, kita tentu bakal bisa merasakan sensasi wisata yang lain. Apa itu? Wisata buku!

Sidoarjo, 19 April 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun