Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... profesional -

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyelamatkan Mood

10 Mei 2013   08:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:49 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: http://www.healthtap.com

Penulis produktif M. Fauzil Adhim mencubit para penulis yang bertameng mood lewat bukunya yang bertajuk Inspiring Words for Writers. ”Para pemalas menggunakan mood sebagai alasan untuk tidak bertindak. Para idealis bertindak mengendalikan mood untuk menghalau kemalasan,” ujarnya. Tentu saja sindiran ini sangat telak.

Pasalnya, banyak orang yang mengaku tak bisa menulis jika mood sedang buruk. Artinya, mood memengaruhi lahir atau tidaknya sebuah karya tulis. Inilah virus yang amat mengancam dan menjadi musuh besar para penulis.

Jika demikian, apa yang mesti dilakukan? Jawabannya: selamat mood tersebut! Bagaimana caranya? Ciptakan mood yang baik. Bagaimana melakukannya? Ya, lakukan apa saja untuk membentuk mood yang bagus. Seperti apa? Mbok ya jangan bingung. Banyak cara untuk menghadirkan mood yang baik sebagai bahan bakar menulis.

Salah satu hal yang patut diingat adalah suasana yang mendukung. Ya, kondisi yang menyenangkan dan menenangkan bisa memberikan pengaruh terhadap kegiatan menulis. Mood yang baik dapat tercipta melalui suasana yang tenang dan damai. Untuk itu, ciptakan kondisi tersebut!

Misalnya, kita bisa bersantai dengan duduk di teras rumah sambil menyeruput secangkir kopi. Atau, kita juga dapat berjalan-jalan di tempat rekreasi sekadar untuk menghilangkan penat. Upaya lainnya adalah membeli buku baru atau bekas dengan tema yang mencuri minat atau sesuai dengan topik yang akan ditulis. Bahkan, berolahraga ringan seperti joging dan bersepeda pun bisa membentuk mood yang baik.

Kisah menarik diceritakan oleh Brahma Aji Putra. Ia adalah penulis muda yang aktif menulis esai, resensi, dan opini di berbagai media massa. Dalam buku Menembus Koran edisi II (Easymedia, 2012), ia mengaku sebagai pengagum karya-karya Langit Kresna Hariadi, penulis novel laris seperti Gajah Mada, Perang Paregrek, dan Candi Murca.

Karena terinspirasi dari pasukan Bhayangkara yang dibentuk Gajah Mada dalam novel Gajah Mada, Aji menulis esai Bayang-Bayang Bhayangkara. Tulisan ini dimuat di harian Jawa Pos pada 30 Mei 2010. Isinya, kedigdyaan pasukan Bhayangkara yang dikaitkan dengan kondisi faktual saat terjadi gejolak di internal kepolisian. Yakni, kasus yang melibatkan Kabareskrim Polri saat itu Komjen Pol Susno Duaji.

Nah, pada 1 November 2010, ketika berada di Denpasar, Bali, Aji ditelepon oleh Langit Kresna Hariadi. Aji merasa terkejut. Langit berterima kasih atas ulasan yang dibuat oleh Aji. Karena suara di seberang telepon agak kresek-kresek, Aji menanyakan lokasi Langit saat itu. ”Saya sedang di gubuk sawah, Mas. Kebetulan permahan yang saya tempati berada di pojok dekat sawah. Ini sedang cari inspirasi, cari ilham!” ujar Langit sebagaimana dituliskan Aji dalam buku Menembus Koran edisi II (hal. 17).

Hikmahnya, seorang penulis mesti mampu menciptakan mood yang kuat agar menghasilkan inspirasi dan ilham yang luar biasa. Pengondisian psikologis semacam ini sangat penting bagi seorang penulis. Untuk itu, selamatkan mood Anda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun