Mohon tunggu...
Prasetya VA
Prasetya VA Mohon Tunggu... Penulis - Berkarya dengan aksara

Gemar menulis puisi dan catatan perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengerjakan Skripsi: Pemenuhan Tugas Akhir dan Ajang Reflektif Diri

31 Januari 2021   21:31 Diperbarui: 31 Januari 2021   21:34 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Skripsi merupakan tugas akhir yang dilakukan oleh mahasiswa agar mendapatkan gelar sarjana yang ditempuh dalam perguruan tinggi. Pengerjaan skripsi bagi sebagian mahasiswa merupakan pekerjaan yang menyita waktu, melelahkan, dan menguras banyak energi. Bagi sebagian mahasiswa lain yang merupakan mahasiswa aktif menilai bahwa mengerjakan skripsi ini merupakan sebuah tantangan yang harus diselesaikan dengan cara yang saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Oleh sebab perbedaan kedua perspektif inilah mahasiswa mengalami banyak tantangan dalam mengerjakan skripsi. Banyak alasan yang dilontarkan oleh mahasiswa apabila mereka kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi tersebut. Alasan yang paling umum digunakan oleh mahasiswa terutama akibat kesulitan mengerjakan skripsi tersebut adalah dosen selaku pembimbing dalam pengerjaan skripsi tersebut. Pada kenyataannya, dosen memang memberikan bimbingan pada seorang mahasiswa, namun dari sudut pandang seorang mahasiswa yang telah mengerjakan skripsinya dengan bersusah payah, ketika hendak dilakukan konsultasi atau bimbingan akan dicoret-coret yang bahkan mahasiswa tersebut kurang memahami apa yang harus ia lakukan dalam revisi. Demikian halnya pada mahasiswa yang memiliki idealisme tinggi dalam melakukan sesuatu, sehingga dalam setiap bimbingan malah akan terjadi perbedaan perspektif antara dosen dan mahasiswanya dan dapat menimbulkan perdebatan.

Pemenuhan tugas akhir

Sudah selayaknya tugas-tugas lain yang sudah pernah ditempuh oleh mahasiswa, skripsi seharusnya dianggap sebagai tugas akhir yang final sebagai salah satu persyaratan sehingga seorang mahasiswa dapat lulus dengan mendapatkan gelar sarjana sesuai dengan disiplin ilmu yang ia tekuni. Dalam pengerjaannya skripsi dapat digolongkan sebagai sebuah makalah, jurnal, dan artikel namun dengan level atau tingkat yang lebih tinggi. Demikian halnya pada mahasiswa yang menempuh program pendidikan yang lebih tinggi yaitu mahasiswa magister dan mahasiswa doktoral, terdapat tugas akhir yang memiliki sifat sama yaitu tesis dan disertasi. Baik skripsi, tesis, dan disertasi memiliki banyak kesamaan dalam substansi dan struktural, hanya saja yang membedakan ialah pada penelitian itu sendiri. Dengan demikian seorang mahasiswa yang memiliki cita-cita tinggi dengan menempuh pendidikan pada perguruan tinggi ketika ia telah lulus dari program sarjana, setidaknya ia telah menempuh satu dari tiga tugas akhir yang bagi sebagian orang beranggapan bahwa tugas tersebut merupakan tugas penelitian yang berat. Bagi sebagian mahasiswa tingkat akhir atau yang lebih dikenal sebagai mahasiswa angkatan tua atau semester tua, kebanyakan memang tersendat dalam pengerjaan skripsi ini. Terlepas dari beberapa mata kuliah yang belum ia ambil ataupun beberapa mata kuliah yang harus ia mengulang karena tidak lulus, skripsi ini merupakan sebuah aktivitas sambilan yang mau tidak mau harus dikerjakan sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana. Dengan menyelesaikan skripsi ini dan telah memenuhi dalam standar kelulusan minimum dalam Sistem Kredit Kumulatif (SKS), maka gelar sarjana dan waktu wisuda akan menanti seorang mahasiswa yang bercita-cita sebagai sarjana.

Ajang reflektif diri

Seperti yang sudah diketahui, menulis skripsi memang menyibukkan diri dan membuat harus berpikir keras karena yang ditulis sudah sebaik mungkin namun belum tentu baik di mata dosen. Tidak semua yang sudah dipikirkan matang-matang dan mengutip pendapat ahli atau pakar belum tentu menurut dosen pembimbing baik. Itulah sebabnya keluhan-keluhan yang sebenarnya dapat digunakan sebagai bahan dalam revisi. Pemanfaatan revisi yang baik tidaklah melulu hanya sebatas pembenaran atas perbaikan yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Namun demikian, dari berbagai pengalaman dalam melakukan revisi tersebut hendaknya dapat diambil hikmah. Sesuatu yang baik tidaklah dicapai dengan cara yang instan atau dengan sekali jadi. Mental diibaratkan sebagai baja yang ditempa berulang-ulang kali hingga mencapai sebuah nilai yang sempurna begitu pula seorang mahasiswa yang harus siap dengan perkara-perkara kecil hingga besar dalam mengerjakan skripsinya. Oleh sebab itulah penting adanya sebuah refleksi yang mendalam. Segala dari kesalahan baik sengaja maupun tidak disengaja yang akan berujung pada sebuah kegagalan adalah sebuah pintu lebar yang harus dibuka agar menjadikan keberhasilan.

Benar atau keliru adalah sebuah konsekuensi dari setiap yang dilakukan. Yang baik pun belum tentu benar pula di mata orang lain. Dengan introspeksi diri yang membangun diri ke arah yang lebih baik memberikan peluang yang dapat membalikkan keadaan dalam setiap kegagalan tersebut. Unsur yang paling penting adalah mau mengakui kesalahan demi ke depannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun