Kedua cerita di atas terbukti termasuk di antara 242 hoaks tentang virus corona yang diumumkan Kominfo pekan lalu (17/3/2020). Tidak ada warga China yang ramai-ramain belajar berwudhu dan masuk Islam; juga tidak benar ada dokter Palestina yang menemukan vaksin anti Covid-19. Bahkan di dunia internasional sekalipun belum ditemukan vaksin manjur.
Pandangan splinter lain muncul ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI); ulama al-Azhar Kairo, Mesir; dan hay'ah kibar ulama' (ulama-ulama besar) Arab Saudi mengeluarkan fatwa tentang kebolehan mengganti shalat Jumat di masjid dengan shalat zhuhur di rumah atau tidak shalat berjamaah di masjid. Kebolehan ini berlaku di daerah wabah bencana corona atau untuk mencegah terjadinya penyebaran virus Covid-19.
Tetapi ada kalangan Muslim splinter dari pandangan mainstream. Argumennya: kenapa harus takut pada virus corona? Bagi mereka, yang  patut ditakuti hanyalah Allah Swt saja. Argumen simplistis memakai kacamata kuda dan literalisme ini didukung pejabat dan tokoh politik tertentu yang tidak punya ilmu memadai dan pemahaman baik tentang ajaran Islam khususnya maqashid al-syari'ah dan sejarah Islam.
Saran, menjaga kesehatan tubuh agar terhindar dari virus dan tetaplah di rumah agar putus nya mata rantai virus covid 19 karna masyarakatlah gardan mata rantai terdepan dan menjadialah masyarakat yang taat peraturan dan menjadi masyarakat yang cerdas.
REFRENSI
Republika.co.id