Mohon tunggu...
Teguh Pras
Teguh Pras Mohon Tunggu... -

Man Jadda wa jada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Seputar Audit Pendapatan

3 Februari 2010   08:23 Diperbarui: 4 April 2017   17:55 8029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Piutang merupakan klaim pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu 1 tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya disajkan di neraca dalam dua kelompok : (1) piutang usaha dan (2) piutang non usaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.

Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Piutang Usaha di Necara
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian piutang usaha di neraca berikut ini :
1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan pengungkapannya di negara bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih (neto).
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di neraca.
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar.
5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha.

Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha
Tujuan pengujian subtantif terhadap piutang usaha adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo piutang yang dicantumkan di negara, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi piutang yang disajikan di neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang dicantumkan di neraca dengan akun piutang di dalam buku besar.
2. Membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada umumnya, pengujian ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva yang sesungguhnya ada dan berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi. Untuk membuktikannya auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
4. Konfirmasi piutang usaha
3. Membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Untuk membuktikan bahwa piutang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua klaim klien kepada debitur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha dalam tahun yang diaudit. Auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang
4. Konfirmasi piutang usaha
Salah satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan piutang usaha.
4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas piutang yang dicantumkan di neraca. Piutang usaha yang ada pada tanggal neraca belum tentu merupakan hak milik klien, karena piutang tersebut telah dijual kepada perusahaan penagih atau digadaikan sebagai jaminan penarikan utang. Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini :
1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
2. Konfirmasi piutang usaha.
5. Membuktikan asersi penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, piutang uasaha harus disajikan di neraca pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca.. auditor melakukan pengujian substantif berikut ini :
1. Prosedur audit awal
2. Pengujian anlitik
3. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
4. Konfirmasi piutang usaha
5. Penilaian terahadap kecakupan akun Cadangan Kerugian Piutang
6. Pembandingan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum.
6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca. Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan yang harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif terhadap piutang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan membuktikan apakah unsur piutang usaha telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha
Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi prosedur audit. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini :
1. Prosedur audit awal
2. Prosedur analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

1. Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah saldo piutang yang dicantumkan oleh klien dalam neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Oleh karena itu, auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan ;
1) Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoelh keyakinan bahwa saldo piutang yang tercantum di neraca di dukung dengan catatan akuntansi yang andal kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo piutang yang dicantumkan di neraca di usut ke akun buku besar berikut ini :
1. Piutang Usaha
2. Piutang NonUsaha
3. Cadangan Kerugian Piutang

2) Hitung kembali saldo akun piutang di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun piutang usaha, auditor menghitung kembali saldo akun piutang dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebetan dan menguranginya dengan jumlah pengkreditan akun tersebut.
3) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang usaha. akan didapat keterangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang mengurangi piutang usaha dapat di temukan melalui review atas mutasi luar biasa baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang.
4) Usut saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang usaha ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun piutang usaha dan cadangan kerugian piutang, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun tersebut.
5) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun piutang ke dalam jurnal yang bersangkutan. Penerbitan di dalam akun piutang usaha diusut ke jurnal penjualan dan pengkreditan ke akun tersebut di usut ke jurnal penerimaan kas dan jurnal umum.
6) Lakukan rekonsiliasi akan kontrol piutang di dalam buku besar ke buku pembantu piutang yang bersangkutan. Saldo akan kontrol piutang usaha di dalam buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu piutang usaha untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan piutang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

2 Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap piutang usaha, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini :

RATIO FORMULA
Tingkat perputaran piutang usaha Pendapatan penjualan bersih : Rerata piutang usaha
Ratio piutang usaha dengan aktiva lancar Saldo piutang usaha : Aktiva lancar
Rate of return on net sales Laba bersih : Pendapatan penjualan bersih
Ratio kerugian piutang usaha dengan Kerugian piutang usaha : Pendapatan penjualan
Pendapatan penjualan bersih
bersih

Ratio kerugian piutang usaha Kerugian piutang usaha : Piutan
dengan piutang usaha yang g usaha sesungguhnya tidak terta
sesungguhnya tidak tertagih gih

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun lalu, rerata ratio industri atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan : (1) Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (2) Perubahan akuntansi, (3) Perubahan usaha, (4) Fluktuasi acak, atau (5) salah saji.

2. Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci
Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun piutang usaha :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun