Mohon tunggu...
Harta Sujarwo
Harta Sujarwo Mohon Tunggu... Penulis - Pedagang

Pembelajar multidimensional yang sedang bermetamorfosa, Pengamat, Peneliti, Kritikus dan Invisible Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Pendidikan Revolusi Industri Anti Revolusi Moral?

28 Februari 2020   14:31 Diperbarui: 29 Februari 2020   12:28 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya pendidikan itu untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana tujuan negara ini diciptakan. Singkatnya tujuan Negara Republik Indonesia berdasarkan alinea keempat Pembukaan UUD 1945 adalah perlindungan,kesejahteraan,pencerdasan,dan perdamaian.

Tujuan Pendidikan Negara sejalan dengan tujuan pendidikan Al-Quran, adalah memenuhi rasa ingin tahunya manusia akan nilai-nilai yang Haq berbanding terbalik dengan nilai-nilai yang Bathil. Atau penawaran alternatif nilai-nilai luhur dan nilai-nilai keji. Tanpa bisa membedakan secara tajam soal ini, maka selamanya kita akan terjebak dalam lubang yang sama.

Nilai-nilai Bathil pada  Revolusi Industri dampaknya sampai saat ini justru menjauhkan dari tercapainya tujuan negara itu dan tujuan pendidikan yang sebenarnya.  Karena dampak Revolusi Industri bagaikan virus yang mudah menyebar dari negara yang mendewakan kapitalisme ke negara tertinggal dan berkembang.

Sebagaimana diketahui, Revolusi Industri yang dimulai antara tahun 1750-1850 merubah secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak ketimpangan terhadap kondisi sosial ekonomi, budaya di dunia.  dimulai dari Britania Raya  dan kemudian menyebar ke seluruhEropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.

Nah, salah satunya dari Jepang inilah virus itu menyebar ke Indonesia melalui kolonialisme. Tujuan Jepang ke Indonesia ialah menjadikan Indonesia sebagai sumber bahan mentah dan tenaga manusia yang sangat besar artinya bagi kelangsungan perang Pasifik  hal ini sesuai dengan cita-cita politik ekspansinya. Berbagai cara yang dilakukan oleh Jepang dalam memperdaya Indonesia untuk kepentingan politiknya.

Demi kepentingan perang, Jepang merekrut pasukan dari Indonesia dengan menyuguhkan tujuan pendidikan pada masa pendidikan Jepang di Indonesia adalah menyediakan tenaga-tenaga cuma-cuma  (Romusha) dan prajurit-prajurit untuk membatu perperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh karena itu pelajar-pelajar di haruskan latihan phisik, latihan kemiliteran, dan indoktrinasi ketat. Pada akhir masa Jepang terdapat tanda-tanda tujuan pendidikan Jepangisasi anak-anak Indonesia. Inilah latar belakang Pendidikan Schooling yang kita lestarikan sampai kini. Apakah hanya untuk menjadi kaki tangan Jepang?. Kalau hanya untuk itu celakalah bangsa kita.

Keuntungannya, sejak masa Jepang bahasa dan istilah-istilah mulai dipergunakan di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan Jepang. Sekolah Dasar, waktu itu dipergunakan istilah Sekolah Rakyat (Kokumin Gakko), terbuka untuk semua golongan penduduk.  Lama pendidikannya enam tahun.

Sebagai kelanjutannya adalah Sekolah Menengah Pertama (Shoto Chu Gakko) dan selanjutnya Sekolah Menengah Tinggi (Koto Chu Gakko). Lama pendidikannya tiga tahun untuk SMP dan tiga tahun untuk SMT.

Sekolah kejuruan menengah yang ada ialah Sekolah Pertukaran (Kogyo Gakko) dan Sekolah Teknik Menengah (Kogyo Semmon Gakko). Sedangkan Sekolah Hukum dan MOSVIA di tiadakan. Sebaliknya pada masa Jepang didirikan Sekolah Pelayaran dan Sekolah Pelayaran Tinggi.

Untuk mandidik guru terdapat tiga jenis sekolah yaitu :
Sekolah Guru 2 tahun (Syoto Sihan Gakko)
Sekolah Guru 4 tahun (Gotu Sihan Gakko)
Sekolah Guru 6 tahun (Koto Sihan Gakko)
Di samping itu terdapat sekolah Pertanian (Nogyo Gakko) di Tasikmalaya dan Malang. Lama belajarnya 3 tahun sesudah sekolah rakyat.

Hampir semua perguruan tinggi di tutup, tetapi yang masih ada ialah Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta dan Sekolah Teknik Tinggi ( Kogyo Dai Gakko) di Bandung. Kalau MOSVIA di tutup, sebaliknya Jepang membuka sekolah Tinggi Pamompraja (Kenkoku Gakuin) di Jakarta dan Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan di Bogor. Beginilah cara bangsa Indonesia mendapat pendidikan. Sungguh berbeda dengan Pendidikan para Rasul dan sahabatnya yang didapat dari Allah dalam rangka Revolusi Moral sehingga terwujud Khuluqin Adzhiem (pen. Peradaban yang luhur).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun