Mohon tunggu...
Pramana Yuda
Pramana Yuda Mohon Tunggu... Dosen - Staf Pengajar

Dosen yang suka mengamati alam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Merpati Pun Ingkar Janji

16 Mei 2022   08:24 Diperbarui: 16 Mei 2022   08:32 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Burung merpati sering diidentikan dengan perdamaian. Selain itu juga simbol kesetiaan. Setidaknya harapan akan kesetian, yang terwujud dalam sepasang merpati yang menghiasi undangan pernikahan. Biasanya sepasang merpati putih, riilnya paling dekat dengan jenis merpati domestik dari Merpati batu (Columba livia).  

Di Eropa simbol cinta sejati bukan milik merpati.  Burung Tekukur Eropa (Streptopelia turtur),  masih saudara se suku (Columbidae) dengan merpati.   Burung dalam suku ini memang dikenal sebagai burung yang mempunyai ikatan/pasangan yang kuat dan jangka panjang.

Salah satu yang menyebabkan pilihan sistem kawin ini adalah anaknya yang altricial.  Anak burung suku Columbidae menetas dalam kondisi lemah, buta, tidak bisa mandiri dan belum bisa apa-apa.  Peran kedua induk sangat penting dalam mempertahankan hidupnya.  Pilihan monogami menjadi konsekuensi logis jika mereka ingin survive, dengan menjamin keberhasilan reproduksinya.

Sebagian besar bangsa burung (Aves), sampai 92 persen,  menganut sistem kawin monogami. Pada sistem kawin ini satu jantan berpasangan dengan satu betina pada satu musim berbiak, banyak musim atau bahkan ada yang sepanjang hidupnya. Merpati tergolong yang berpasangan jangka panjang.

Akan tetapi ada temuan yang sangat menarik dan mengejutkan. Burung yang monogami secara sosial ini banyak yang tidak setia dengan pasangannya! Dengan kata lain di dunia burung pun ada perselingkuhan.  Istilah yang biasa dipakai adalah extra pair mating (EPM), extra pair copulation (EPC), extra pair fertilization (EPF).  

Temuan perilaku ini semakin banyak setelah berkembangnya ekologi molekuler, yang memanfaatkan teknik molekuler untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ekologis.  Teknik molekuler ini juga berhasil melacak paternitas dari anak-anak burung pada satu sarang.  Terkuak bahwa ada beberapa anak di satu sarang yang bukan anak biologis atau genetis si burung jantan.

Sejauh ini kajian di bidang ini lebih banyak dikerjakan pada burung-burung temperate.  Hasilnya? Sebagian besar burung yang dikaji melakukan 'perselingkuhan'.  Bahkan para ahli ekologi perilaku burung berpendapat bahwa perilaku perselingkuhan pada burung merupakan perilaku umum. Tingkat kejadiannya berkisar antara 30 -  50%.  

Apakah burung-burung di daerah tropis berperilaku sama?  Ternyata ada juga yang demikian, namun tidak sebanyak burung temperate. Kondisi ini salah satunya terkait dengan perbedaan masa berbiak.  

Burung tropis hampir sepanjang tahun berbiak, sementara burung temperate masa berbiaknya pendek.  Pada waktu yang pendek ini, burung-burung temperate semuanya siap kawin.  

Sementara burung tropis tidak bersamaan (asinkron). Hanya jenis burung tropis yang sinkron saja yang tingkat EPF nya tinggi.
Bagimanakah dengan merpati, simbol cinta sejati?  

Kajian pada kandang mendukung citranya.  Namun ada temuan lain di lapangan, merpati walau tidak banyak, juga melakukan EPC dan tentunya anaknya merupakan hasil EPF.  Wah, ternyata merpati pun  ada yang tidak setia.  

Burung - burung di Indonesia berselingkuh juga kah?  Belum ada yang meneliti.  Anda mungkin bisa memulainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun