Mohon tunggu...
Pramudya Gunawan
Pramudya Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan IPS - FIS - UNJ

Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Netherlands, Negeri di "Bawah Laut"

20 Juni 2021   14:38 Diperbarui: 20 Juni 2021   14:43 5443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sungai di sudut kota di Netherlands yang senantiasa tergenang air. Credit: TheCultureTrip.com

Negeri di bawah laut? Terdengar mustahil tapi memang ada nyatanya, walaupun tidak secara harfiah betul-betul ada di “bawah laut”, namun hampir 1/3 daratannya ini ada di bawah permukaan laut, itu lah yang terjadi di sebuah negara yang bernama Netherlands atau yang biasa kita sebut dengan Belanda. Mungkin nama “Netherlands” juga mencerminkan keadaan negaranya “Nether” yang berarti di bawah dan “Lands” yang berarti daratan, dan dapat diartikan sebagai Daratannya ada di bawah ketinggian permukaan laut.

Negara Belanda terletak di wilayah dataran rendah, delta aliran tiga sungai besar, yaitu Rhine, Meuse dan Scheldt. Karena berada di delta sungai besar, maka sebagian besar wilayah Belanda adalah rawa-rawa dan tinggi muka daratannya sepertiga ada di bawah permukaan laut dan dua per tiga lainnya merupakan zona rentan banjir. Kejadian ini sudah jauh terjadi sebelum Kerajaan Belanda itu berdiri, hal ini dikarenakan wilayah Belanda yang memang dekat dengan laut dan dikelilingi oleh sungai-sungai besar, sehingga wilayahnya menjadi berair (rawa) dan rentan akan banjir, baik itu banjir luapan sungai, maupun banjir rob.

Namun, selepas puluhan tahun terkena banjir dan badai yang menyebabkan banyaknya air yang masuk ke dalam tanah dan membahayakan pertanian, masyarakat Belanda bersama Pemerintahnya bekerja sama melahirkan banyak inovasi-inovasi luar biasa untuk menghadapi bencana tersebut.

Polder Windmills

Kincir angin pemompa air, teknologi terawal yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk mengeringkan daerah rawa dan membuat polder. Credit: Henk Monster
Kincir angin pemompa air, teknologi terawal yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk mengeringkan daerah rawa dan membuat polder. Credit: Henk Monster

Inovasi yang pertama kali dijalankan oleh Negeri Belanda adalah menciptakan Polder Windmills atau kincir angin polder, yaitu teknik membuat petak-petak lahan yang telah dibatasi tanggul untuk menahan air (polder) dan membangun kincir angin di sekitarnya yang berfungsi untuk memompa air dari polder ke sungai di kemudian dialirkan ke laut agar polder tersebut mengering dan dapat digunakan. 

Inovasi tersebut memang nyata berhasil menjaga Belanda aman dari ancaman banjir selama ratusan tahun dan mengeringkan banyak rawa-rawa di sepanjang delta dan pesisir di Belanda sebelum usaha ratusan tahun tersebut ditaklukkan oleh alam melalui peristiwa badai pada 1953 yang nyaris menenggelamkan Provinsi Zeeland, Belanda dan memakan korban hingga ribuan jiwa.

Banjir menenggelamkan kota pesisir di Belanda selama tahun 1953, menewaskan lebih dari 1.800 orang. Credit: U.S. Agency for International Development.
Banjir menenggelamkan kota pesisir di Belanda selama tahun 1953, menewaskan lebih dari 1.800 orang. Credit: U.S. Agency for International Development.
Belajar dari hal ini, Pemerintah Belanda mengajak masyarakatnya untuk bangkit dan bekerja sama untuk menanggulangi hal ini agar tidak terulang kembali. Upaya bersama berbagai elemen masyarakat dan pemerintah Belanda yang serius dalam menjaga negerinya dari bahaya banjir mencapai titik tertingginya di kala inovasi “Room for the River” tengah dilangsungkan di negara tersebut.

Room For The River

Berkaca dari peristiwa sebelumnya bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menahan air-air yang masuk ke negerinya, Belanda melakukan upaya pengendalian banjir dengan berbagai cara menakjubkan yang disebut sebagai “room for the river” yang didalamnya terdapat berbagai inovasi dan usaha mulai dari melakukan reklamasi pantai, membangun tanggul-tanggul baru yang besar di sepanjang pantai dan merestorasi serta memodifikasi sungai dengan memperlebar dan memperdalamnya dengan tujuan agar sungai mampu menampung lebih banyak air. Sistem kincir angin polder yang semula menggunakan kincir angin sebagai tenaga pompanya diubah menggunakan teknologi pompa terkini yang ditenagai oleh diesel dan listrik untuk mengeringkan polder-polder yang masih berair akibat dari rembesan sungai dan air laut dari bawah tanah.

Houtribdijk sepanjang 30 kilometer antara kota Enkhuizen-Lelystad, sebuah proyek untuk membendung dan mengeringkan Zuiderzee Inlet. Credit: Snempaa
Houtribdijk sepanjang 30 kilometer antara kota Enkhuizen-Lelystad, sebuah proyek untuk membendung dan mengeringkan Zuiderzee Inlet. Credit: Snempaa

Selama beberapa puluh tahun sistem “room for the river” ini masih terus dilakukan sampai saat ini, pengerukan sungai masih terus dilakukan secara berkala, pembangunan sistem tanggul baru dan canggih terus diupayakan dan pemompaan air terus dilakukan seperti tiada akhirnya. Semua hal tersebut dilakukan sebagai upaya Belanda untuk menaklukkan air yang menggenangi negerinya.

Proyek Eksperimental

Adapun inovasi lain yang dilakukan oleh Negara Tulip ini untuk mengeringkan dan manfaatkan ulang keberadaan air di negaranya adalah dengan membuat hutan terapung dan peternakan terapung. Belanda mulai mencoba mengapungkan beberapa pohon tahan garam di delta-delta sungai dekat kota besar di Belanda dengan tujuan untuk memaksimalkan proses penguapan air serta sebagai sarana pariwisata di negaranya. Beberapa pihak swasta Belanda juga tengah mencoba membuat peternakan terapung yang tercipta akibat dari keterbatasan lahan di Belanda.

20 pohon Elm Belanda ditanam dan dipasang sebagai
20 pohon Elm Belanda ditanam dan dipasang sebagai "hutan bergelantungan" di pelabuhan kota pada tahun 2016. Credit: shutterstock.com/hans engbers.
Ancaman lain

Meskipun segala upaya memang telah dilakukan sekeras mungkin oleh Negeri Belanda untuk mengatasi ancaman banjir di negaranya, tapi nyatanya masih ada ancaman lain yang mengintai dan membahayakan Belanda saat ini, ancaman tersebut adalah Pemanasan Global, Perubahan Iklim, dan Urbanisasi. Ancaman pemanasan global yang mengintai Belanda melalui kenaikan air laut ini tengah menjadi ancaman serius yang dikhawatirkan oleh Pemerintah Belanda, hal ini dikarenakan jika muka air laut naik, maka tanggul yang sudah dibangun susah payah dapat “roboh” seketika dan menjadi sia-sia karena wilayah yang memang sedari awal sudah di bawah permukaan laut.

Pencairan es kutub menyebabkan kenaikan muka air laut akibat dari pemanasan global. Credit: McGill University.
Pencairan es kutub menyebabkan kenaikan muka air laut akibat dari pemanasan global. Credit: McGill University.
Ancaman lainnya adalah urbanisasi yang terus bertambah di kota-kota besar di Belanda yang mengakibatkan beban tanah menjadi meningkat dan meningkatkan tinggi rendaman air sebesar lebih dari 10 cm setiap sepuluh tahunnya.

Hal yang Dapat Dipelajari

Hal yang dapat dipelajari dari Negeri Belanda dari hal-hal tersebut yang pastinya salah inovasi-inovasi yang terus dikembangkan untuk mengendalikan banjir di negaranya serta pemerintah yang tidak dan jujur dalam menggelontorkan banyak anggaran negara untuk mengelola banjir dengan tujuan untuk terus menjaga keamanan warga negaranya. Usaha dan inovasi tersebut terus dilakukan dan dikembangkan selama ratusan tahun sejak berdirinya Kerajaan Belanda sampai saat ini.   

Hal lainnya yang patut ditiru dari Negeri kincir angin ini adalah semangat persatuan dan kerja sama antar masyarakatnya tanpa memandang status sosial dan ekonomi untuk terus menjaga “Tanah Air”-nya tetap aman dari bencana banjir dan badai terus menimpa keadaan negaranya. Seperti pepatah lama Belanda mengatakan:

God schiep de aarde, maar de Nederlanders schiepen Nederland” 

yang jika diterjemahkan ke dalam  bahasa Indonesia artinya adalah “Tuhan menciptakan Bumi dan Orang Belanda menciptakan Belanda”.

Referensi

De Moel, H., Aerts, JC, & Koomen, E. 2011. Perkembangan paparan banjir di Belanda selama abad ke-20 dan ke-21. Perubahan Lingkungan Global , 21 (2), 620-627.

Diamond, Jared., Palar, Damaring T., W. (Penerjemah). 2019. Collapse: Runtuhnya Peradaban-Peradaban Dunia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).

Lovenco, Chirs. 2018. Dutch Masters: The Netherlands exports flood-control expertise. Earth Magazine. American Geosciences Institute.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun