Mohon tunggu...
Pramudya Arief
Pramudya Arief Mohon Tunggu... Lainnya - Netizen

Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Introspeksi Keimanan kepada Tuhan

2 Juni 2020   17:18 Diperbarui: 2 Juni 2020   17:13 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagian orang beranggapan bahwa agama adalah sesuatu yang diwariskan oleh orang tua. Sehingga apabila orang tuanya menganut Hindu, maka anaknya juga Hindu. Apabila orang tuanya Budha, maka anaknya juga Budha. Apabila orang tuanya Kristen, maka anaknya juga Kristen. Apabila orang tuanya Muslim, maka anaknya Muslim. Begitu juga dengan agama, kepercayaan, aliran dan ideologi lainnya yang berkembang di tengah masyarakat, bahkan paham ateisme sekalipun.

Apakah benar bahwa agama, kepercayaan, aliran, ideologi dan ateisme adalah warisan orang tua? Ya benar, tetapi ada yang perlu digaris bawahi. Agama hanya diwariskan oleh orang tua kepada anaknya hingga usia remaja. Pada usia remaja, manusia cenderung memiliki kematangan berpikir atau dapat membedakan yang benar dan salah. Pada usia remaja, seseorang cenderung menanyakan atau mencari alasan dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal disekitarnya, termasuk agama yang dianutnya. 

Hendaknya seseorang yang menginjak usia remaja, menanyakan kembali atau introspeksi diri. Usia remaja adalah usia pencarian jati diri. Maka sepantasnya seseorang untuk menanyakan, mengapa saya memeluk agama, kepercayaan, aliran, paham, ideologi ini? Seseorang yang sudah matang berpikir memiliki pilihan sendiri untuk menentukan agama nya. Manusia dibekali akal untuk berpikir. Maka manusia yang berakal sehat adalah mereka yang menggunakan akalnya untuk memahami dan mencari kebenaran yang hakiki.

Seseorang yang hanya memeluk agama tertentu karena ikut ikutan, termasuk mengikuti agama orang tuanya, tanpa berpikir kritis tentang kebenaran nya apa yang dipeluk nya sama saja merendahkan martabat manusia yang memiliki akal. Akal sepantasnya digunakan untuk mencari fitrah manusia dan diberi kebebasan untuk mencari hakikat kehidupan yang sesungguhnya. 

Apabila sudah sepakat bahwa manusia memiliki akal, maka manusia sejati adalah yang menggunakan akal untuk berpikir. Akal membedakan manusia dengan binatang. Manusia yang tidak menggunakan akalnya sama saja seperti binatang. Karena itu jangan takut untuk berpikir bebas menanyakan apa saja yang ingin ditanyakan, terlepas doktrin agama yang telah ditanamkan orang tua dari kecil hingga remaja.

Beberapa pertanyaan yang hendaknya setiap remaja merenungkannya dengan akal sehat diantaranya

1. Apakah Tuhan itu ada?

Pertanyaan tersebut membagi manusia ke dalam dua golongan yaitu ateis (tidak mengakui adanya Tuhan) dan teis (mengakui keberadaan Tuhan). Ada juga orang mengaku sudah percaya Tuhan terusik keraguan karena tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan akal tentang keberadaan Tuhan. Mereka yang beragama karena ikutan-ikutan atau doktrin orang tua sangat rapuh keimanan nya. Mulutnya berkata percaya kepada tuhan, tetapi hatinya mengingkari dan ragu-ragu. Akibatnya ada orang beragama tetapi perilakunya lebih buruk dari orang ateis.

Indonesia adalah negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Akan tetapi, mengapa banyak pembunuhan, perampokan, pencurian, pemerkosaan, perzinaan, korupsi,  konsumsi minuman keras dan narkotika di Indonesia? Penyebabnya karena kepercayaan Tuhan yang tidak dibangun  dengan ilmu dan akal, melainkan hanya ikut-ikutan saja.

2. Manakah agama yang benar?

Ada berbagai macam agama, kepercayaan, aliran, paham, dan ideologi yang ada di dunia ini. Manakah diantara semua itu yang paling rasional dan benar? Apakah kepercayaan yang saya anut sekarang sudah benar? Cobalah untuk bereksplorasi mencari kebenaran dengan membandingkan-bandingkan agama yang satu dengan yang lain. Jangan menjadi pengikut buta suatu agama tanpa kritis dan mengetahui hakikat kebenarannya.

3. Apa tujuan hidup manusia di dunia?

Apakah hidup itu hanya lahir, sekolah, kerja, menikah, menjadi orang tua, kemudian meninggal? Apakah hidup itu hanya mencari harta sebanyak-banyaknya, popularitas, jabatan, dan wanita yang bisa memuaskan nafsu kita?  Bagaimana mendapatkan kebahagiaan yang hakiki? Apakah mencari kebahagiaan itu didapat dengan  mabuk, dugem, narkoba dan seks bebas? Benarkah ada kehidupan lagi setelah kematian?

Itulah tiga pertanyaan yang hendaknya setiap remaja merenungkannya, sehingga memiliki prinsip hidup yang kokoh, tidak terombang ambing oleh lingkungan sekitar, terbawa arus serba materialis, dan terpengaruh teman-teman. Terlepas apakah Anda mengaku sudah beragama atau belum, hendaknya merenungkan pertanyaan tersebut.

Ketahuilah bahwa agama yang tidak dibangun atas dasar sikap kritis dan keilmuan, melainkan sekedar mengikuti orang tua dan lingkungan secara "buta", hanya melahirkan kemunafikan. Karena itu berusahalah untuk mencari hakikat kehidupan dan jati diri sedini mungkin. Kedepan hidup akan semakin sulit membedakan yang benar dan salah. Manusia semakin bertingkah seperti binatang, tanpa akal tanpa moral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun