Mohon tunggu...
Pramono Dwi  Susetyo
Pramono Dwi Susetyo Mohon Tunggu... Insinyur - Pensiunan Rimbawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Nature

Risiko Lingkungan

30 Maret 2020   12:16 Diperbarui: 30 Maret 2020   12:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jalan tol Cipularang  dari Cikampek ke Bandung, belakangan ini mengalami longsor pada tebing pinggir jalan yang cukup curam pada km 118.  Sayangnya, selama 15 tahun sejak dibangun hingga saat ini, belum  dipikirkan resiko lingkungan yang mungkin terjadi. Sejak dibuka pada 26 April 2005, telah 2 kali terjadi peristiwa amblasnya jalan dan yang paling parah adalah longsor tanggal 11 Februari 2020. PT Jasa Marga selaku pengelola jalan tol, masih berupaya memperbaiki tebing yang longsor dengan membangun penguatan lereng. Perkuatan tebing sheet pile atau tiang pancang terpasang 112 buah, pekerjaan dinding penahan tanah (buttress) masih berlangsung. Pekerjaan perbaikan ini ditarget selama satu bulan rampung apabila dalam kondisi cuaca yang baik.

Dengan kondisi jalan naik turun dan juga mempunyai banyak jembatan yang panjang dan tinggi, seharusnya pengelola jalan tol Cipularang sudah menghitung resiko lingkungan yang akan mengacam sewaktu waktu bila hujan dengan intensitas tinggi terjadi. Sepanjang ruas tol perlu ditanami vegetasi penguat tanah (green belt) , khususnya pada lereng lereng curam.

Jalur (sabuk) hijau dapat  dibuat dengan lebar  15 -20 m kiri kanan jalan dengan pohon yang cepat tumbuh (fast growing species), perakaran dalam, berdaun lebar dengan jarak tanam yang rapat (2 x 3 m). Penentuan jenis pohon yang tepat, sekaligus dapat berfungsi untuk menambah nilai estetika pada jalan tol. Pengeloa jalan tol dapat juga bekerjasama dengan Kementerian LHK dalam menentukan jenis pohon dan pengadaan bibit sampai dengan penanamannya .  Bila diperlukan pada lereng lereng yang curam dapat dibuat saluran pembuangan air (spa) dan bangunan terjunan (gully plug). Pembuatan jalur hijau ini akan efektif mengendalikan longsor, tanpa harus membuat perkuatan tebing sheet pile dengan anggaran yang sangat mahal. Pengalaman membuktikan, meskipun jalannya tidak naik turun, pembuatan green belt pada jalan tol Jagorawi, merupakan contoh yang sangat berhasil.

Oleh karena itu mumpung belum terlambat , jalan tol yang membentang dari Jakarta sampai ke ujung timur pulau Jawa dengan investasi yang tidak murah , sudah semestinya dibuatkan green belt sepanjang kiri kanan jalan. Prioritaskan lebih dahulu kepada jalan tol yang topografinya seperti jalan tol Cipularang. Sebut saja jalan tol Semarang -- Surakarta atau rencana pembanguan jalan tol Semarang --Magelang -- Jogya. Sayang, jalan yang membutuhkan investasi besar tersebut akan membutuhkan perawatan sangat mahal, bila mengabaikan  resiko lingkungannya dari sejak awal.

Pramono Dwi Susety

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun