Mohon tunggu...
Dea Pramita
Dea Pramita Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tren Cocoklogi Cerminan Kebodohan Bangsa

21 April 2014   20:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:23 7499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama ini kita mengenal istilah "astrologi", "biologi", "klimatlogi" dan istilah lainnya yang menggunakan imbuhan -logi di akhir kata. Lalu timbulah suatu "ilmu" jika saya tidak boleh menyebutnya sebuah  paham yang dinamakan "Cocoklogi". Bagi yang belum mengerti apa yang dimaksud dengan paham Cocoklogi hingga menjadi tren di tengah-tengah kita saat ini, biar saya beri penjelasan singkat. Cocoklogi adalah suatu paham yang mencocokan suatu kejadian, peristiwa, tulisan, atau berita dengan dugaan-dugaan absurb, tidak berfakta, hanya dugaan, atau hoax semata, dan berakhir dengan dugaan konspirasi dari level member, hingga internasional (ala MLM)
Awalnya saya acuh tak acuh terhadap orang-orang yang menganut paham ini, mereka tidak mengganggu. Hingga pada beberapa hari lalu, ketika saya mengganti handphone dengan produk bermerek O**o, dan menulis status di media sosial, serta BBM "aku rapopo", meledaklah rasa jengkel saya terhadap orang-orang penganut paham ini.
Status yang ditulis sebagai plesetan merek handphone tersebut lalu dikomentari dengan rentetan notifikasi, Ping, serta Broadcast yang hilir mudik di perangkat telepon yang saya gunakan dengan pesan demikian:
"Aku rapopo adalah sistem cuci otak di vawah alam sadar untuk memilih capres tertentu" (oke, saya tahu sapa yang dimaksud)
"Aku rapopo tidak boleh digunakan oleh agama kita karena itu adalah konspirasi dari partai berlambang b****g untuk memilih calegnya yang tidak seagama, baca link berikut" (oke....ini semakin aneh walau musim pemilu, tapi apa hubungannya slogan dengan agama)
"Eh, de, dah baca linknya belum? Itu bukti bahwa yahudi bla bla bla bla" (dan semakin jengkelah saya)
Saya bukan simpatisan partai tertentu, tapi, tolonglah jangan mencampurbaurkan sesuatu dengan hal tidak pasti, apalagi membawa agama tertentu. Walaupun sudah saya klarifikasi bahwa status tersebut hanya sebuah plesetan, tapi bukanjya mereka berhenti memberikan broadcast aneh, malah makin menjadi. Ada apa dengan pola pikir masyarakat kita, sih?
Teori cocoklogi ini mungkin berguna bagia anda penggemar konspirasi diluar akal sehat, namun ada saja yang menerima teori-teori cocoklogi ini dengan serta merta tanpa dikritisi. Mirisnya, banyak dari mereka berpendidikan tinggi dan mengenyam gelar-gelar dari universitas bergengsi ikut-ikutan penganut paham cocoklogi ini. Apakah ini bukti bahwa penggemar konspirasi ada di semua kalangan? Ataukah level tingkat pendidikan tidak menjamin seseorang berpikiran logis? Atau memang sedemikian bobroknya masyarakat kita hingga senang sekali mencocok-cocokan sesuatu?
Sekarang, anggaplah anda lahir pada tanggal 11 September, lantas apakah itu menjadikan anda seorang teroris 9/11?
Anggaplah bahwa semua segitiga adalah simbol free mason, karena bentuknya begini, begitu dan lain-lain, maka celana dalam juga bagian dari free mason? Kalau iya kenapa masih anda pakai wahai penganut cocoklogi? Bukankah itu bentuknya segitiga juga?
Itu beberapa contoh dari teori cocoklogi yang pernah dibacakan kelada saya. Pesan saya bagi anda semua yang mempunyai teman seperti itj, kasihanilah mereka, dan doakan semoga mereka diberikan kemampuan berpikir logis kembali. Bagi yang tidak terima tulisan saya ini (dan berarti anda bksa jadi salah seorang penganut teori ini), terserah anda akan berkomentar apa, karena saya sudah lelah membaca banyak sekali cocoklogi di sekitar saya, di dunia nyata hingga ke dunia maya.
Nb: handphone saya berbunyi lagi, dan kali ini saya dituding pendukung jkw48 (eh?)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun