Kerja keras setiap hari demi keluarga
Tak peduli panas, hujan, badai datang menghampiri, ku tetap berlari
Tapi satu hal yang pasti, ku tetap besyukur akan yang terjadi
Jalani saja semuanya kar'na ku hanya ingin hidupÂ
Sederhana, bahagia dengan banyak cinta
Sederhana, bahagia dengan banyak cinta
Sederhana, bahagia dengan banyak cinta
Sederhana, bahagia dengan banyak cinta, ey!
Â
Sederhana Banyak Cinta -- Monkey Boots
Â
"Kemreseeek, kemreseeek!" Lik Parji mencoba mencari-cari frekuensi radio agar tepat dan terdengar jelas. Namun dalam upayanya itu, tiba-tiba saja terdengar sebuah lagu beraliran musik-musik Jamaika terdenger. Kali ini lagunya Monkey Boots yang menceritakan tentang kesederhanaan.
"Lagunya siapa Lik? Kok enak banget!" Tanya Alex hansip, sembari duduk menyeruput kopi hitam panas di depannya.
"Wah aku juga nggak tau Lex!" Tukas Lik Marji, yang serius mencari frekuensi radio jadul kesayangannya. Radio dengan batu batre itu selalu setia menemani Lik Marji ketika menyiapkan dagangan di angkringannya. Ketika batu batre habis, biasanya Lik Marji menjemur batu batre itu di atas gerobak angkringannya.
Di tengah-tengah orang-orang menikmati alunan musik Jamaika itu, ada satu orang yang terlihat begitu sedih dan gelisah. Raut wajahnya begitu masam. Segelas es teh yang ada di depannya, hanya didiamkan saja. Isapan rokoknya pun tak dinikmati, tengok kanan kiri, seperti orang kebingungan.
"Rel kamu kenapa, ini hlo musik jamaika enak banget! Kamu malah kelihatan gelisah!" Parjo nekat bertanya ke Farel. Lelaki berusia sekitar 19 tahun itu, yang katanya sedang menempuh studi di kota. Mungkin ia sudah di semester empat atau lima.