Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Katanya Mudik, Tapi Kok Ke Kota?

27 Maret 2025   11:35 Diperbarui: 27 Maret 2025   11:35 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana KRL dan Musisi Jalanan - Sumber : kompas.com

Jika menelaah istilahnya, mudik memiliki makna pulang ke kampung halaman biasanya menjelang hari raya idul fitri. Momen ini begitu berkesan bagi saya, selalu ditunggu-tunggu karena bisa berjumpa dengan Eyang Kung, Eyang Uti, Om, Tante, Pakdhe, Budhe, dan anggota keluarga besar lainnya. Mencoba mengingat masa kecil dulu, saya seringkali diguyoni, "Mudik itu ke desa, tapi kamu kok malah ke Jakarta, ke kota?"  Sebuah pertanyaan yang seringkali terlontar dengan penuh candaan dari beberapa orang rekan kerja orang tua saya. Pengalaman mudik bagi saya agak sedikit berbeda memang. Orang tua saya yang berasal dari Jakarta pergi merantau ke Ungaran yang merupakan kota kecil di bawah kaki Gunung Ungaran. Hal ini yang mengharuskan saya melakukan perjalanan mudik yang berkebalikan dengan orang kebanyakan.

Banyak kegembiraan yang bisa saya rasakan ketika momen mudik ini. Disamping bisa bersilaturahim dengan keluarga besar yang ada di Jakarta, ada beberapa hal yang mampu membuat saya terkesan dan menjadi memori baik dalam hidup saya.

Keseruan Berburu Promo Tiket Kereta

Mengapa kami pilih kereta, ada beberapa pertimbangan yang menyertainya. Pertama, jarak antara Stasiun Jatinegera yang terbilang cukup dekat dengan rumah Eyang. Kedua, pada masa itu kejelasan waktu berangkat dan tiba masih cukup jelas. Kalaupun harus terlambat tidak yang terlalu lama, karena pada waktu itu PT KAI belum dinakhodai oleh Pak Ignasius Jonan. Setidaknya kereta menjadi pilihan yang lebih nyaman, ketimbang harus naik bus yang berpotensi terjebak macet dalam perjalanan arus mudik. Mendapatkan tiket kereta pada waktu itu butuh effort lebih. Harga tiket menjelang lebaran tentu melonjak dan kadang tidak masuk akal, sebab itu kami sekeluarga berkolaborasi untuk berburu tiket promo. Belum ada penjualan tiket secara online, harus langsung ke stasiun, dan hal perjuangan ini benar-benar mampu melekat dalam memori, tak terlupakan.

Keliling Jakarta Tanpa Macet

Hal yang paling menyebalkan adalah terjebak macet di perjalanan. Kerap kali ketika di Jakarta terjebak macet. Jarak yang cukup dekat, semisal lima kilometer yang normanya bisa ditempuh dalam waktu 10 menit, kalau di Jakarta bisa sampai satu jam lebih. Namun, pada momen lebaran masa kecil dulu, jarang sekali terjebak macet di Jakarta. Jakarta benar-benar lengang. Hal ini yang bikin betah berlama-lama di Jakarta. Jalan-jalan keliling kota, melihat gedung-gedung tinggi, benar-benar membuat saya senang, maklum wong ndeso. Kadangkala saya suka ngambek jika harus pulang kembali ke Ungaran.

Asyiknya Naik KRL

Ketika berada di Jakarta, kebiasaan yang sering dilakukan setelah salat id adalah bersilaturahim, keliling ke rumah saudara. Pilihan moda transportasi pada waktu itu adalah naik KRL. Agak serem juga ketika sering melihat penumpang yang naik ke atas gerbong, namun lama-kelamaan sudah menjadi hal biasa. Kadangkala saya juga sering melihat transaksi pembayaran tiket di atas gerbong. Kondisinya benar-benar bikin geleng kepala. Namun ada hal yang menarik ketika berada di dalam KRL yakni perform musisi jalanan yang keren. Mereka membawa alat musik lengkap, gitar, bass, mini drum, bahkan ada pula yang memainkan biola. Teknik vokal? Jangan ditanya, pecah suara berpadu begitu indah dan khas. Lagu-lagu yang dibawakan merupakan lagu-lagu band yang sedang tren pada masa itu seperti ST 12, Ungu, dan Peter Pan.

Mudik ke kota kini sudah jarang saya lakukan, namun setidaknya pengalaman mudik itu begitu berkesan bagi saya, menjadi memori baik yang tak akan pernah terlupa. (prp)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun