"Sudah jam 10.30 nih, asyik sebentar lagi pulang sekolah!" Ujar Farel dalam hati sembari melihat jam di dinding yang ada di kelasnya. Bel pulang sekolah memang selalu ditunggu-tunggu oleh Farel. Setiap harinya ia menyisihkan uang koin limaratusan untuk membeli es gabus favoritnya di warung Bulik Parti yang berada di lapangan sepakbola. Es gabus favorit selalu saja membayang-bayangi pikiran Farel di setiap menit menjelang bel pulang sekolah berbunyi. Ia begitu menikmati kelezatannya, sampai-sampai di setiap harinya ia selalu menyisihkan uang koin limaratusan untuk membeli es itu. Sebuah kebahagian sederhana namun begitu berarti bagi Farel, bocah kelas III SD.
"Teeet...teeeet....teeeeeeet..." Bel pulang sekolah berbunyi, Farel bangkit lalu berlari. Ia menyalami Ibu Guru dengan tergesa-gesa.
"Farel! Tidak usah tergesa-gesa, hati-hati di jalan yaaa!" Ujar Ibu Guru melihat tingkah Farel sambil geleng-geleng kepala.
Kini ku telah kembali
Kembali padamu kasih
Setelah lama ku tinggal pergi
Ooo Tiada terkira rindu segala-galanya
Entah apa yang merasuki Parjo, kali ini ia terlihat begitu gembira. Ia bersepeda sambil bernyanyi lagu kesukaannya, Gala-gala. Saking gembiranya, suara Parjo terdengar begitu keras sehingga membuat orang-orang yang berpapasan dengannya di jalan terheran-heran. Sebenarnya Parjo sadar dengan pandangan itu, namun Parjo tak terlalu ambil pusing. Mengonthel pit kebo kesayangan, melalu jalan yang kanan-kirinya adalah hamparan sawah menghijau sembari bernyanyi lagu-lagu kesukaan sudah menjadi kebahagiaan bagi Parjo.
"Loh...loh...itu bukannya Farel, ngapain dia masuk selokan sambil nangis?"
"Rel ngapain?" Parjo mendekat dan bertanya kepada Farel yang terlihat begitu sedih. Sambil menangis Farel terus berusaha mengambil sesuatu di dalam selokan itu.