Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kebijakan Zonasi dan Budaya Jalan Kaki

19 Oktober 2022   19:59 Diperbarui: 20 Oktober 2022   10:33 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Membudayakan Jalan Kaki ke Sekolah, anak sekolah yang berjalan kaki. (sumber: SHUTTERSTOCK/FamVeld via kompas.com) 

"Kebijakan zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru tak henti menuai pro dan kontra. Namun, mencoba melihat dari perkspektif lain, bahwasannya ada sebuah harapan tentang budaya baik yang diharapkan dari kebijakan zonasi ini."

Prosentase terbesar dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah negeri adalah dari jalur zonasi. Artinya, peserta didik yang bersekolah kebanyakan berdomisili tidak jauh dari sekolah itu berada. 

Namun, kali ini tidak akan membahas tentang pro kontra terkait kebijakan penerapan jalur zonasi dalam PPDB. Namun mencoba berbagi perspektif, bahwasannya ada sebuah harapan di sisi-sisi lain dari penerapan jalur zonasi ini. 

Kaitannya dengan kebugaran jasmani peserta didik dan budaya jalan kaki, yang mana hal ini akan memberikan dampak positif bagi kualitas hidup peserta didik. 

Muncul sebuah pertanyaan, ketika peserta didik utamanya jenjang SMA/SMK diterima di suatu sekolah pada jalur zonasi, dengan transportasi apa peserta didik tersebut berangkat dan pulang sekolah? 

Apakah diantar orang tua dengan sepeda motor atau mobil, menggunakan trasnportasi umum, bersepeda, atau mungkin berjalan kaki?

Hal ini dapat menjadi sebuah perhatian khusus mengingat fenomena saat ini dimana ancaman permasalahan kesehatan bagi peserta didik begitu besar akibat kurang gerak. 

Potensi permasalahan kesehatan bagi peserta didik akibat kurang gerak begitu besar. Terjebak berlama-lama di depan layar handphone atau komputer jinjing entah untuk belajar atau bermain game, menjadi ancaman serius terhadap derajat kebugaran jasmani peeserta didik. 

Mengandalkan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) untuk Mencukupi Kebutuhan Gerak? Cukupkah?

"Mungkin hanya seminggu sekali pembelajaran PJOK di sekolah, apakah hal ini mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gerak peserta didik?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun