Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sepucuk Surat Penawar Rindu

9 Mei 2021   13:46 Diperbarui: 9 Mei 2021   13:58 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sepucuk Surat Penawar Rindu - Sumber : kompas.com

Resmi, larangan mudik telah diberlakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menekan jumlah persebaran covid19. Sebuah langkah kebijakan yang menuai pro kontra di tengah masyarakat kita yang jelas kental dengan tradisi budaya mudik di kala Idul Fitri tiba. Namun langkah ini harus diambil dan disadari bersama demi mengedepankan kemanusiaan terkait kesehatan dan keselamatan jiwa bersama. Air mata tangis rindu tak terbendung dan terus membasahi pipi karena tak mampu berjumpa dengan orang-orang terkasih di kampung halaman. Namun memastikan kesehatan dan keselamatan jiwa orang-orang tercinta jauh lebih penting. Bak buah simalakama, dihadapkan dalam sebuah persimpangan yang membuat semakin bingung. Mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh sahabat, saudara, atau teman yang masih berada di tanah rantau dan tak bisa pulang ke rumah di kampung halaman. Sudah pasti rindu membuncah, terdiam pilu, dan hanya dapat merayakan hari raya ditemani rasa sepi, sepi hatinya. 

Namun yakinlah keluarga besar di rumah akan paham dengan kondisi yang masih seperti ini. Mereka pasti akan mengerti mengapa tak bisa kembali ke kampung halaman yang mungkin hanya setahun sekali. Semua ingin keluar dari jeratan pandemi dan ingin hidup normal seperti sediakala, menghirup udara segar sebebas-bebasnya. Namun apa mau dikata, kondisi masih memprihatinkan dan larangan mudik menjadi langkah tepat antisipatif agar kondisi semakin membaik. Belajar dari India yang terlena, semua tidak ingin mengalami hal yang sama. Semua tidak ingin mengulang dari awal pandemi yang begitu sulit. Semakin ke sini kondisi semakin menunjukkan tanda positif, namun apakah semua mau mengulang kembali akibat terlena? Semua akan serentak menjawab "Tidak" ! Mensiasatinya salah satu caranya adalah dengan berkirim surat untuk orang tua, adik, kakak, dan orang-orang tercinta di kampung halaman. Setidaknya hal ini dapat menjadi penawar rindu sementara dan memberikan ketengan hati di tengah tanya dan rasa khawatir yang menyelimuti.

Sepucuk Surat Penawar Rindu untuk Saudaraku di Tanah Rantau dari Aku di Kampung Halaman

Kali ini saya lebaran di rumah saja, karena memang tidak merantau. Sejak kecil hingga saat ini Alhamdulillah tetap di kampung halaman. Namun rasa empati jelas terasa semakin nyata, bagaimana merasakan apa yang dirasakan sanak saudara di tanah rantau, bagaimana sepinya hati tak dapat kembali ke kampung halaman. Bagaimana sedihnya tak dapat sungkem kepada orang tua. Setidaknya surat ini saya tulis untuk membesarkan hati sanak saudara yang ada di tanah rantau, agar tetap merasa tenang dan tetap baik-baik saja, serta mendoakan agara senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

Teruntuk Saudaraku di Tanah Rantau

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Untuk saudara-saudaraku di tanah rantau yang sedang berjuang demi menafkahi keluarga di kampung halaman. Untuk saudara-saudaraku di tanah rantau yang sedang berjuang demi sebuah tanggung jawab untuk keluarga di kampung halaman. Untuk saudara-saudaraku di tanah rantau yang berjuang untuk sebuah niat mulia menghidupi keluarga di tengah kondisi yang serba sulit seperti saat ini.

Sepucuk surat darimu telah kuterima dengan utuh. Pesan rindumu pun dapat kurasakan. Kabar darimu membuat kami tenang di kampung halaman. Meski terpisah lautan namun getaran doa akan tetap sampai dengan keberkahan dan perlindunganNya. Yakinlah akan itu saudaraku!

Kupastikan aku dan keluarga di sini semua dalam kondisi baik-baik saja. Kami semua mengerti kondisi yang tak mungkin dirimu untuk kembali di hari nan fitri kali ini. Setidaknya berkirim surat ini sebagai penawar rindu dan menjadi obat ketenangan hati engkau di tanah rantau dan kami di kampung halaman. Aku dan keluarga memahami dan mengerti akan kondisi saat ini.

Wujud baktimu, wujud tanggung jawabmu, dan wujud cintamu akan tetap terasa meski terpisah jarak dan waktu. Sepucuk surat darimu lalu menjadi bukti bahwasannya engkau senantiasa mengingat kami di sini, menjaga silaturahim, dan membuat hati kami tenang di sini akan kondisimu di sana. Begitu pula aku menyampaikan tentang kondisi kami di sini juga dalam keadaan baik-baik saja. Kupastikan semua baik-baik saja. Semoga kabar ini mampu menenangkan hatimu dan melepas jeratan rasa khawatir serta cemas yang membelenggumu.

Jarak dan waktu terbentang memisahkan, namun kita harus tetap merapal doa sebagai pengikat batin antara kita. Semoga engkau baik-baik saja dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

UNGARAN, 9 MEI 2021

Saudaramu di kampung halaman

Penawar Rindu dan Obat Kegelisahan Hati 

Rasa rindu jelas nyata terasa ditambah dengan kegelisahan hati karena terpisah jarak dan waktu. Rasanya jelas nano-nano sekali, campur aduk tadak dapat terdefinisikan. Rasa sepi jelas menghantui terkadang mengoyak hati yang sedang berjuang sendiri. Namun sepucuk surat berisi kabar yang menenangkan hati mampu menjadi rindu dan mampu menjadi obat kegelisahan hati. 

Tak mudik untuk kedua kalinya akibat pandemi sunggu menyesakkan dada. Namun semua demi kebaikan bersama. Kesehatan dan keselamatan jiawa terlebih orang-orang tercinta menjadi keutamaan. Mari bersabar dan terus beroda untuk bumi yang lebih baik. (prp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun