Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbagai Alasan Memutuskan untuk Resign

10 Maret 2021   12:43 Diperbarui: 10 Maret 2021   12:46 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberadaan Toxic People di Tempat Kerja Menjadi Salah Satu Alasan Seseorang untuk Resign - Sumber : lifestyle.kompas.com

Kehidupan di lingkungan kerja sungguh penuh dengan dinamika. Beragam karakter manusia yang terlibat di dalamnya menjadi salah satu faktor utama dalam upaya menciptakan lingkungan kerja yang baik dan membuat nyaman. Tak dapat dipungkiri bahwasannya latar belakang setiap orang mempengaruhi karakter dan kepribadiannya. Terciptanya lingkungan kerja yang nyaman adalah hasil dari sinergi dan rasa saling menghargai dan menghormati meski dalam perbedaan.

Faktor kenyamanan adalah yang utama bagi pekerja untuk tetap bertahan. Banyak orang memimpikan dan mengidam-idamkan dapat bekerja di tempat yang nyaman dan penuh rasa saling menghargai dan menghormati antar pekerja di dalamnya. 

Namun seiring berjalannya waktu selalu ada saja gesekan-gesekan yang terjadi di lingkungan kerja. Entah dinamika interaksi dengan atasan, sesama teman satu tim, atau dengan bawahan. Dinamika yang terjadi berpotensi memunculkan opsi yaitu kenyamanan dalam bekerja atau ketidaknyaman dalam bekerja sehingga memutuskan untuk resign atau mengundurkan diri. Beragam alasanya seseorang memutuskan untuk resign biasanya dikarenakan faktor berikut ini :

Enggan Berdamai dengan Toxic People di Lingkungan Kerja 

Sudah barang pasti di setiap lingkungan kerja ada saja toxic people di dalamnya. Perbedaan kepribadian dan karakter adalah hal yang wajar, namun keberadaan toxic people tak mampu dielakan. Selalu saja ada dan memberikan warna di lingkungan kerja. Hanya saja bagaimana menyikapinya dengan bijak dan sabar. Keberedaan toxic people sungguh meresahkan. Hobinya bergunjing, menjelek-jelekkan, hingga mengadu domba satu sama lain. Iri dengki yang tinggi membuatnya sangat bahagia jika terjadi perpecahan di dalam lingkungan kerja. Setelah misinya berhasil dilakukan maka ia akan hadir bak seorang pahlawan sembari berkhotbah dengan kata-kata bijaknya. Jika hanya satu atau dua orang yang seperti itu dan mampu berdamai maka bukan suatu masalah. Namun jika jumlahnya banyak dan menjadi sebuah kebudayaan di dalam lingkungan kerja, yakinlah sangat jarang orang yang mampu bertahan dalam kondisi seperti itu. Berangkat kerja hanya diselimuti dengan rasa jengkel dan hal tersebut sangat mengganggu produktivitas kerja. Maka tak salah jika saking banyaknya toxic people di lingkungan kerja hingga secara otomatis menciptakan ketidaknyaman dan juga produktivitas kerja menurun serta tujuan tim tidak akan tercapai.

Bekerja di Luar Job Desc 

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tidak jelas lalu ditambah lagi dengan atasan atau pimpinan yang sewenang-wenang kemungkinan terjadinya bekerja di luar job desc sangatlah besar. Baru saja menyelesaikan pekerjaan sesuai job desc tiba-tiba si bos hadir dan memberikan pekerjaan tambahan. Ketidakjelasan job desc ini sungguh menjengkelkan dan membuat resah ketika bekerja. Rasanya tidak nyaman beban kerja yang semakin berat namun tidak sesuai dengan job desc yang berlaku dan ditentukan serta disepakati bersama di awal penandatanganan kontrak kerja. Upaya negosiasi pun nihil dan pimpinan pun masih tetap bersikap sewenang-wenang menjadi salah satu alasan untuk segera resign dari pekerjaan.

Tidak Diberi Kesempatan untuk Aktualisasi dan Mengembangkan Diri 

Bekerja, bekerja, dan bekerja keras bagai kuda sepanjang hari. Meskipun menunjukan prestasi namun tak ada reward untuk pengembangan diri. Karir pun tak jelas jenjangnya hingga rasanya ingin segera mandeg dari pekerjaan. Apresiasi terhadap pegawai berprestasi sangat penting dan menjadi salah satu faktor kenyamanan pegawai dalam bekerja.

Nihil Worklife Balance 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun