Mohon tunggu...
Syarif Hidayat
Syarif Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Kebudayaan

Pencinta Literasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Sungai Citanduy, Keistimewaan Kota Banjar

5 April 2019   14:30 Diperbarui: 5 April 2019   23:30 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OPINI---Saya harus bergegas ke Aula Setda Kota Banjar untuk melakukan peliputan acara Dekranasda, kendaraan pun kemudian dihangatkan karena waktu masih menunjukan pukul 06.00 pagi. Berbagai perelengkapan peliputan mulai dari kamera, alat tulis dan identitas diri mulai dipersiapkan. Selepas itu, saya pun langsung menuju arah Setda Kota Banjar.

Tak biasanya perjalanan pagi itu terasa sejuk, udara pagi terhirup segar. Suasana perekonomian warga mulai terlihat, para pedagang pasar sibuk dengan transaksi jual belinya. Para penarik becak pun semangat mengayuh menjemput rizki di pagi hari cerah itu.

Kendaraan mulai lalu lalang disepanjang jalan menuju arah Doboku maupun sebaliknya. Tiba di dua jembatan Doboku Citanduy, hati saya mengatakan untuk berhenti dan melihat hamparan air sungai Citanduy yang keruh berwarna cokelat. Sejanak saya pun berhenti di tenga-tengah jembatan baru dibangun itu, saya memotret beberapa angel foto untuk saya abadikan.

Merasa cukup dengan beberapa jepretan foto yang saya ambil, melihat jam masih menunjukan pukul 06.30 pagi, pikir saya acaranya juga dimulainya pukul 08.00 wib, belum lagi budaya ngaretnya bisa dimulai pukul 09.00 wib. Saya memutuskan untuk mencari warung dipinggir sungai Citanduy, tak lama berselang mata ini tertuju pada warung dipojok warung-warung makan.

Terlihat seorang ibu-ibu yang sedang menyapu halaman warungnya. Tanpa rasa ragu saya memesan secangkir kopi hitam hangat dengan takaran airnya sedikit. Kopi hitam buatan si ibu yang tak sempat saya kenalan itu, mampu membuat mata saya melek.

Melihat arus air sungai Citanduy yang cukup tenang, membuat saya berpikir halus. Bagaimana bila kawasan sungai Citanduy ini dibuat menjadi sentral wisata sungai. Biasanya setiap pagi di sungai Citanduy ini sering ada penambang pasir, tetapi kini tidak ada lagi terlihat. "Sudah lama tidak ada yang beroprasi kang," kata ibu penjual kopi menjawab pertanyaan saya.

Memang saya mengetahui kalau sungai Citanduy ini kerap dijadikan ladang mengais rezeki para nelayan penambang pasir. Meski pun nyawa taruhanya mereka tak kenal rasa takut untuk berkegiatan menambang pasir. Saya pun berhipotesa, di sungai Citanduy ini bisa jadi dulunya adalah pusat peradaban sungai. Konon, sungai Citaduy ini dulu kerap dijadikan fasilitas perlintasan antar daerah untuk mengangkut barang hasil bumi kemudian dijual di Banjar.

Bila memang benar sungai Citanduy ini dulunya merupakan pusat kegiatan manusia, kenapa saat ini tidak. Bila kawasan ini disulap menjadi sentral destinasi wisata air sungai, perekonomian masyarakat pinggir sungai ini bisa secara perlahan terangkat. Apalagi para penambang pasir bisa diberdayakan menjadi penarik perahu wisata.

Diketahui, Banjar ini merupakan kota yang terbelah oleh sungai Citanduy. Tak jarang kota atau negara yang memiliki keistimewaan yakni perkotaan yang terbelah dengan sungai perkembangan ekonominya maju pesat. Sebagai kota transit, ini bisa dijadikan modal utama untuk mengembangkan berbagai kegiatan masyarkat. 

Contoh, Singapura, Batam, Banjarmasin, bahkan Italia terdapat kota di atas sungai konsep ini pun menjadi daya tarik para palancong untuk merasakan sensi beriwisata sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun