Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Hot Sale"

19 April 2022   04:52 Diperbarui: 19 April 2022   07:38 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum mempunyai anak, aku sudah dengar bahwa menjadi emak perlu mental baja. Mulai dari mental  berani begadang, berani cape, berani repot, dan berani berani lainnya. Tapi tidak pernah aku dengar bahwa menjadi emak harus berani malu, sampai suatu hari kejadian itu aku alami.

Aku dan dua putriku, si sulung yang saat itu berusia sekitar sembilan tahun, dan adiknya sekitar empat tahun.Kami ke mal dalam rangka aku mencari baju putih yang mau dipakai di sebuah acara sekolah. Puas berkeliling mencari ke beberapa toko, belum satu pun baju yang aku anggap pas. Ada yang harganya pas, tapi modelnya tidak sesuai selera,  ada yang model dan harganya pas,  tapi ternyata warnanya tidak putih polos 100%. Untung kedua  kurcaci cilik ini masih sabar menemani emaknya keluar masuk toko.

Tibalah kami di sebuah toko yang khusus menjual baju warna putih dan hitam saja, di bagian depan toko terlihat sebuah manekin mengenakan gaun putih nan cantik, tapi aku lewati saja gaun tersebut, dan berjalan menuju bagian belakang toko yang berisi gantungan baju baju dengan signage SALE 50% tertera besar di ujung tiang gantungan. Si sulung dan adeknya memilih  berdiri dibagian depan toko, mungkin mulai pegal menemani emak.

Tengah fokus memilih-milih,  si bungsu  dari depan tiba tiba teriak :"Maaa.. ini bajunya bagussss !", sambil nunjuk gaun di manekin. Si sulung sontak bilang "Dek, Yang di patung kan ga diskon,  mama kan carinya yang diskonnn !!!!" kulirik beberapa emak emak yang tengah milih baju. beberapa ada yang pura pura tidak dengar,  beberapa memandangi anakku sambil senyum senyum, beberapa memandang berkeliling mencari-cari yang mana emaknya si anak itu.

Ala mak, jujur sekali anakku. Sesaat aku terus memilih milih baju pura pura tidak dengar, sambil berharap gak ada yang tahu siapa emak yang dimaksud dan kemudian pelan-pelan beringsut kedepan, beranjak kabur mencari toko lain.

Nak, Emak memang selalu berusaha nyari baju diskon biar berhemat. Tapi ga usah diumumin gitu dong yaa.

Kejadian itu sudah lama berlalu, si bungsu pun sudah mulai  masuk masa remaja, dan kebiasaan ku menghindari beli  baju  terbaru masih ku pegang erat. Dan disuatu penghujung minggu, aku dan si bungsu masuk ke sebuah toko batik. Di manekinnya terpasang gaun batik biru muda dengan model yang begitu cantik. Kulirik tag harganya, Rp 799.000. Wow, harga yang lumayan tinggi untuk sepotong gaun menurut ku.

Setelah berkeliling toko, langkah kakiku tanpa sadar membawaku ke gaun biru itu lagi. Kupegang ujung gaun dengan lembut tanpa berniat membeli. Tiba-tiba terdengar suara "Mama suka ya?, berapa sih harganya?". "Hampir 800 ribu dek" Jawab ku.  "Kenapa gak beli aja kalau suka, emang uang mama gak ada untuk beli baju itu?"

Aku tersenyum mendengar polosnya pertanyaan si bungsu. "Dek, mama ada uangnya untuk beli baju ini, tapi mama memilih untuk tidak beli. Karena harganya menurut mama cukup tinggi,  karena mama bisa pilih baju lain dengan harga dibawah yang ini, dan yang terpenting, karena mama ada kamu dan Cece (Si sulung) yang mesti mama pikirkan juga kebutuhannya, sedangkan baju biru ini hanya sebatas keinginan, bukan kebutuhan"

Dan.. Si bungsu langsung memeluk ku dengan eratnya. Makasih ma, bisiknya di telingaku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun