Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Daendels di Jawa: Ambisi Besar di Balik Jalan Raya Seribu Kilometer

15 Mei 2025   20:27 Diperbarui: 16 Mei 2025   05:40 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jendral Alexander Willem Frederik Idenburg dan Sri Susuhunan Pakubuwono X (Sumber/Kredit Foto: historici.nl)

Tadi pagi saya menulis artikel berjudul "Perdamaian Munster, Kedaulatan Republik Belanda dan Kekuasaan VOC". Di antara para anggota masyarakat Indonesia, siapakah di antara para Gubernur Jendral Belanda, baik Gubernur Jendral VOC maupun Gubernur Jendral Hindia Belanda, yang paling terkenal?

Waktu masih sekolah dulu, nama para Gubernur Jendral yang paling sering disebut adalah:

Jan Pieterszoon Coen

Lahir di Hoorn, Republik Tujuh Belanda Bersatu (Republiek der Zeven Vereenigde Nederlanden) 8 Januari 1587 -- wafat di Batavia (sekarang Jakarta), Hindia Belanda, 21 September 1629, Jan Pieterszoon Coen adalah seorang pedagang Belanda, akuntan jenderal (1613), direktur jenderal (1614) dan sejak 1617 Gubernur Jenderal keempat untuk semua wilayah Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) di luar Republik Tujuh Belanda Bersatu.

Ketenarannya sebagian disebabkan oleh perolehan monopoli atas perdagangan pala yang menguntungkan pada tahun 1612 dan pendirian pos perdagangan Batavia pada tahun 1619, yang berkembang menjadi ibu kota Hindia Belanda (sekarang Jakarta).

Status heroiknya dikritik keras, terutama karena tindakan berdarah dan penuh kekerasan di Kepulauan Banda di mana ia memperoleh monopoli perdagangan pala, fuli, dan cengkeh. Hal ini membuatnya mendapat julukan 'tukang jagal Banda'. Dalam suratnya kepada VOC, ia kemudian menulis

"(...) we kunnen geen handel drijven zonder oorlog, of oorlog drijven zonder handel".
terjemahannya: "(...) kita tidak dapat berdagang tanpa perang, atau berperang tanpa berdagang".

Pernyataannya yang paling terkenal adalah:

"Dispereert niet, ontsiet uwe vijanden niet, daer en is ter werelt niet dat ons kan hinderen"
terjemahannya: "Jangan gentar, jangan kasihan pada musuhmu, tidak ada apa pun di dunia ini yang dapat menghalangi kita."

Pada patungnya, hal ini sering disingkat menjadi "dispereert niet", yang dapat diterjemahkan sebagai 'heb geen waanhoop' ('jangan putus asa').

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun