Mohon tunggu...
Pradhany Widityan
Pradhany Widityan Mohon Tunggu... Buruh - Full Time IT Worker

Full Time IT Worker

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gunung Gede, Usaha Ijinnya Se-Gede Namanya

4 Januari 2014   16:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 2236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Baru mengurus ijin saja kami sudah harus me-reschadule perjalanan sampai dua kali.”
Ya, Gunung Gede memang salah satu gunung yang untuk mendakinya dibutuhkan pengurusan ijin yang cukup ketat karena merupakan kawasan konservasi. Ekosistem alamnya sangat dijaga di bawah nama Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP).


Sudah dari bulan September, saya dan Didot berencana kesana. Saat itu, Didot yang mengurus ijinnya harus menelan kenyataan pahit tidak dapat kuota. Padahal uang sudah ditransfer. Alhasil kami ganti destinasi ke Gunung Papandayan.


Yang kedua 3 minggu setelahnya. Walau belum sempat transfer uang, tapi lagi-lagi kuota jalur Cibodas habis dan karena  jalur Gunung Putri ditutup, hanya ada Selabintana, Sukabumi. Karena jauh dan katanya banyak pacetnya, teman-teman saya yang lain tidak mau ikut. Itulah kedua kalinya kami ditolak Gunung Gede.


Dengan sumpah si Didot yang akan mengganti nama Gunung Gede jadi Gunung Tidak Gede, kami mencoba lagi 2 minggu setelahnya. Dan karena sumpah itu akhirnya Gunung Gede luluh hatinya dan kita dapat kuota naik lewat jalur Cibodas. Horeee !


Untuk pendaftarannya tidak beda dengan pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi. Kita harus registrasi online dengan menyerahkan biodata dan transfer uang pendaftaran untuk dapat bukti pendaftaran yang akan ditukar Simaksi (Surat Ijin Memasuki Kawawan Konservasi).



Karena kurangnya research, kami baru akan mengurus simaksi pada hari-H. Berangkat  29 November malam dari Kampung Rambutan, kami tiba di pertigaan Cibodas sekitar pukul 2.00 dini hari. Disana saya berkenalan dengan sesama pendaki bernama Mas Fazri dengan ketiga temannya.


Dari dialah kami tahu untuk dapat Simaksi harus ada materai untuk bikin surat pernyataan dan bukti transfer harus di print. Wow! Saat itu juga langsung Didot mencari materai 6000. Untunglah ada Alfamart buka dan menjual materai. Satu syarat dapat. Syarat satu lagi kami harus tunggu pagi untuk dapat warnet.


Paginya, kami diberi tahu lokasi warnet oleh penjaga warung makan tempat kita sarapan. Langsung turun lagi untuk mencari. Ternyata pemilik warnetnya yaitu penjaga warung tempat makan kami juga.


Akhirnya setelah syarat lengkap, scan KTP, materai, bukti treansfer tercetak, dan setelah loket buka, kami mendaftar untuk dapat Simaksi. Seperti di rumah sakit, persyaratan kami ditumpuk dulu dan menunggu dipanggil. Dan jreng-jreng, sekitar 09.30 Simaksi sudah ditangan dan siap mendaki ke-Gede-an Gunung Gede.


Hampir saja kita gagal lagi mendaki saat cek kelengkapan. Satu teman saya hanya memakai sandal japit dan itu tidak boleh. Namun, setalah berdiskusi mencari solusi. Akhirnya dengan baik hati, penjaga meminjamkan sepatu untuk teman saya. Setelah menitipkan sabun mandi karena tidak boleh dibawa, akhirnya kami mulai langkah pertama mendaki Gunung Gede setelah melalui proses yang panjang.

Mungkin Berguna, guys ! Syarat pendakian


  • Daftar online H-30 untuk dapat kuota
  • Biodata sesuai KTP
  • Scan KTP
  • Transfer dan buktinya dicetak
  • Materai 6000
  • Sebaiknya urus Simaksi jangan pas hari H, agar bisa langsung naik tanpa menunggu loket buka
  • Pakai sepatu atau minimal sandal gunung dengan tali belakang
  • Satu kelompok minimal 3 orang




~Salam Dolan, Cuk~

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun