Mohon tunggu...
Pradhany Widityan
Pradhany Widityan Mohon Tunggu... Buruh - Full Time IT Worker

Full Time IT Worker

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyusuri Sungai, Menuju Gugusan Karst

1 September 2018   21:26 Diperbarui: 2 September 2018   01:31 1645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukit karst yang berdiri tangguh. (dok. pribadi)

Kesibukan kota metropolitan di jam-jam sibuk pada hari Senin, mulai terasa saat saya melaju dengan sepeda motor dari penginapan di daerah Lapangan Hasanuddin ke arah utara Kota Makassar. Makassar memang bisa dibilang kota metropolitan bagi wilayah timur Indonesia. 

Hiruk pikuknya tak berbeda dengan kota-kota besar di Pulau Jawa. Orang-orang yang tergesa berangkat kerja dan sekolah, kendaraan yang memadati jalan raya, pasar yang sibuk, dan tak ketinggalan angkot yang ugal-ugalan dan berhenti sembarangan.

Suasana itu saya lalui dengan lebih menyenangkan karena tujuan saya bukan bekerja, tapi melanjutkan liburan di Sulawesi Selatan, setelah sebelumnya selesai menjamah tanah tinggi, Toraja. 

Saya akan escape sejenak ke Desa Rammang-rammang di Kabupaten Maros yang berjarak sekitar 40 km dari pusat kota Makassar. Jarak tersebut bisa ditempuh kira-kira 60 menit berkendara dengan sepeda motor. Sudah termasuk melewati beberapa titik kemacetan seperti di kawasan Universitas Hasanuddin, pasar-pasar dan persimpangan.

Sungai

Saya pun tiba di dermaga satu. Suasananya tampak sepi dari pengunjung, karena hari itu hari Senin pasca libur panjang. Bapak-bapak juru mudi perahu asik bercengkrama sambil ngopi dan merokok. 

Mereka terlihat santai walaupun ada calon penumpang datang. Itu karena giliran narik memang sudah ditentukan, jadi tidak berebut. Tarif perahu pun sudah ditentukan secara resmi, ditempelkan pada dinding bangunan semacam pusat informasi. Jadi tidak perlu khawatir 'ditembak' harga yang tak masuk akal.

Saya hanya berdua, jadi tarif yang dibayarkan relatif cukup mahal jika dibandingkan tarif untuk 4 atau lebih. 

Tapi karena sudah sampai di sana dan suasana juga sedang sepi, - saya membayangkan wisatanya akan puas karena tak riuh lalu lalang pengunjung - saya pun sepakat dengan tarif resmi 200 ribu untuk satu perahu pulang dan pergi.

Susur Sungai Pute dengan perahu motor. (dok. pribadi)
Susur Sungai Pute dengan perahu motor. (dok. pribadi)
Perjalanan susur sungai pun dimulai. Kurang lebih 30 menit untuk sampai ke dermaga pintu masuk Desa Berua. 

Desa di kaki gugusan karst. Saya beruntung karena hanya ada perahu kami saja yang menyusuri sungai. Kata mas pengemudi, akhir pekan kemarin sangat ramai. Bahkan hingga terjadi kemacetan di sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun