Mohon tunggu...
Bagus Satrio Pradana
Bagus Satrio Pradana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengantar Kolaborasi Keilmuan E-1.2

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Fundamentalisme dalam Keagamaan

10 Juni 2022   21:14 Diperbarui: 10 Juni 2022   21:31 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMBAHASAN

 Dalam histori fundamentalisme agama telah merubah alih bentuk tgradisi revolusi yang didukung oleh para atasan agama yang sebenarnya tidak seperti ke keyakinan inti agamanya. Sebaliknya, mereka mengandalkan interpretasi denominasi dan lebih fokus pada ritual, bentuk, dan simbol daripada hekecuts dari agama. Proses politisasi agama dan sekaligus memasukkannya ke dalam permainan politik memberi warna tersendiri bagi gerakan fundamentalis. 

Di sisi lain, para pemimpin seperti itu menuntut "sekularitas lain", tetapi mereka sendiri tidak ragu-ragu untuk mengikuti kata hati mereka dalam kegiatan politik dunia. Kepemimpinan seperti itu menjadi lebih demagog ketika menghasut kerusuhan, menjadi lebih radikal dalam mencari orang percaya baru, dan menjadi lebih tidak toleran terhadap mereka yang harus ditindas karena mereka tidak "bersama mereka." Menjadi.

Salah satu aspek fundamentalisme agama yang paling menjengkelkan terjadi ketika kecenderungan seperti itu muncul. Bahkan jika terus menembus, itu halus dan hanya dapat dengan mudah ditemukan pada tahap awal dengan kewaspadaan ganda. Fundamentalisme yang berakar pada fanatisme agama dan primitivisme muncul dalam aktivitas yang eksplosif dan meningkat, seperti terlihat dalam radikalisme Indonesia (serangan teroris Indonesia). 

Secara historis, fundamentalisme lahir dari gerakan reaksioner Protestan di Amerika Serikat. Fundamentalisme awalnya merupakan gerakan konservatif antara Protestan Amerika yang menentang sekularisme dan liberalisme dalam teologi dan kehidupan gereja. 

Fundamentalisme merupakan suatu penentangan tentang pandangan-pandangan ilmu pengetahuan modern yang seperti memojokkan keadaan agama.Mengenai maknanya tersendiri, fundamentalisme adalah pandangan yang sempit, fanatik, anti-ekumenis, konservatif. Gerakan ini biasanya menuntut kehidupan yang taat dari 4.444 pengikut. Fundamentalis adalah pengikut gerakan keagamaan yang keras dan reaksioner yang, seperti dikatakan Alkitab, 

selalu merasa perlu untuk kembali ke ajaran agama aslinya (Ortodoks). Fundamentalisme agama sebenarnya merupakan reaksi terhadap kecenderungan yang diyakini menghancurkan keyakinan yang mengakar. Motivasi dasarnya adalah untuk memperbaharui atau mengakar dalam kehidupan beragama, kembali kepada Alkitab. Pada level ini, fundamentalisme agama merupakan kekuatan positif.

 Fundamentalisme mengakibatkan ketidakpuasan, ketakutan, ketidakpercayaan, dan kebencian terhadap perkembangan agama yang ada, yang mengarah pada perilaku negatif. Kaum fundamentalis menginginkan pembaruan total melalui tindakan revolusioner. Perilaku fundamentalis menjadi semakin menyimpang, terpenting ketika mulai dipandu oleh kepentingan dan pandangan lain seperti ekonomi, sosial dan politik. 

Fundamentalisme masih ada pada seluruh ajaran kepercayaan . Karen Armstrong, seseorang pakar sejarah kepercayaan , menggunakan kentara menyatakan bahwa fundamentalisme merupakan warisan krusial & benar berdasarkan tradisi-tradisi keagamaan, terutama kepercayaan -kepercayaan semi-tik, Yudaisme, Kristen, & Islam. Oleh lantaran itu, menguatnya fundamentalisme kepercayaan pada belahan global meruntuhkan aneka macam goresan pena & pandangan. 

Diyakini bahwa modernitas sudah mengganti posisi fundamentalisme, namun dalam akhirnya fundamentalisme wajib diterima menjadi keterangan sosial. Bahkan sanggup dikatakan fundamentalisme & modernitas itu sejajar.Kaum fundamentalis berdasarkan seluruh kepercayaan menduga diri mereka menjadi satu-satunya pewaris sejati kebenaran & tradisi kepercayaan mereka. 

Mereka melihat orang lain berdasarkan kepercayaan mereka sendiri menggunakan pandangan tipografi yang tidak sinkron menjadi grup sesat & mencoba buat menekan atau bahkan melenyapkan mereka. Sikap intoleran misalnya itu menyebabkan perseteruan antar kepercayaan (denominasi) & kekerasan antar grup tidak sinkron yang menganut kepercayaan yang sama. Inilah akar berdasarkan gerakan fundamentalis pada Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun