Mohon tunggu...
Atika Prabandari
Atika Prabandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

cita-citaku ngobrol sama nicholas saputra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keragaman Perspektif Sosiologi: Buah Pikiran Pierre Bourdieu

30 Oktober 2022   22:29 Diperbarui: 30 Oktober 2022   23:06 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pierre Felix Bourdieu atau yang dikenal sebagai Pierre Bourdieu lahir di Denguin, Perancis pada 1 Agustus 1930. Bourdieu lahir di tengah keluarga Borjuis kecil, dengan orang tua yang berprofesi sebagai pegawai negeri. Ia kemudian belajar di universitas yang sama dengan Durkheim, di Ecole Normale Superieure (ENS), Paris. Setelah lulus, di tahun 1956 Bourdieu mendapat tugas untuk angkatan bersenjata Perancis di Aljazair selama dua tahun. Di negara ini pula, Bourdieu mulai mentransformasikan keilmuan Filsafatnya ke Ilmu Sosial dan Politik. Bourdieu dikenal sebagai salah satu Sosiolog era postmodern dengan fokus kajian studi kebudayaan dan sosiologi kritis. Salah satu karya terbesarnya berjudul "Distinction, a Social Critique of The Judgement of Taste". Dalam perkembangan pemikirannya, Bourdieu dipengaruhi oleh beberapa tokoh seperti Wittgenstein (Tradisi Filsafat Bahasa), Marleu-Ponty (Fenomenologi), Marx, Weber, Durkheim (Sosiologi), dan Levi Strauss (Tradisi Strukturalisme).

Pierre Bourdieu mengembangkan konsep praksis sosial, di mana konsep ini merupakan perpaduan antara kemampuan individu dalam mengekspresikan atau mempraktikkan (eksternalisasi interior) apa yang telah ia pelajari atau serap dari luar diri sebelumnya (internalisasi eksterior). Misalnya, ketika seorang individu makan dengan tangan kanan, karena kelompoknya telah membiasakan perilaku tersebut. Maka di dalam proses ini terdapat eksternalisasi interior (di mana individu mempraktikkan cara makan) dan internalisasi eksterior (individu mempelajari kebiasaan kelompok). Dalam pandangan Bourdieu, interior dibentuk oleh apa yang dinamakan habitus, sementara eksterior dibentuk oleh arena.

Lebih lanjut, Habitus adalah nilai-nilai sosial yang dihayati oleh individu melalui proses sosialisasi dan berpatri menjadi sebuah pola pikir dan perilaku yang tetap bagi individu tersebut. Dalam pandangan Bourdieu, habitus sangat berpengaruh pada perilaku, bahkan mampu mempengaruhi bentuk fisik individu tersebut. Misalnya, ada seorang individu yang menganggap bahwa cantik ialah harus berkulit putih, maka jika ia berkulit gelap, ia akan malu dan berusaha untuk menjadi cantik sesuai dengan pikirannya. Dalam mendukung habitus, diperlukan kapital (modal) yang mumpuni. Bentuk modal dalam hal ini, tidak harus berbentuk materi atau uang, tetapi juga dapat berupa modal kebudayaan, modal sosial, modal simbolik, dll. Jadi, dengan habitus yang didukung oleh beragam kapital (modal) akan mempengaruhi kemampuan individu untuk memasuki Arena tertentu.

Arena merupakan ruang-ruang tertentu yang ada dalam masyarakat. Terdapat beragam jenis arena, misalnya arena pendidikan, arena seni, arena politik, dll. untuk memasuki sebuah arena, seorang individu harus memiliki habitus dan kapital yang tepat. misalnya, untuk berhasil dalam arena hiburan, seorang individu yang hendak menjadi influencer harus memiliki habitus yang mampu mempengaruhi orang lain, bisa dalam bentuk memberi motivasi, mempromosikan suatu produk kecantikan, dan lainnya. kemudian, habitus tersebut juga harus didukung oleh kapital yang mumpuni, misalnya ia merupakan lulusan kampus ternama (sehingga motivasi yang diberikan dianggap valid) atau memiliki handphone dengan merek atau seri keluaran terbaru sebagai simbol influencer di mata masyarakat yang memiliki kehidupan serba glamor. Namun, jika seorang yang berkeinginan keras untuk menjadi seorang influencer, tetapi tidak memiliki kapital yang mumpuni, maka akan sukar baginya untuk masuk ke dalam arena tersebut.

Dengan begitu, dalam praksis sosial Bourdieu menyatakan bahwa seorang individu yang memiliki habitus dan arena yang sesuai serta memiliki kapital terbanyak, maka ia yang akan berhasil di dunia sosial. Bourdieu juga mengatakan bahwa perpaduan antara habitus, kapital, dan arena ini dilahirkan oleh dominasi simbolik. Dominasi simbolik dijabarkan sebagai bentuk penindasan atau pemaksaan yang biasanya dilakukan oleh pihak yang memiliki otoritas melalui simbol-simbol dan dianggap sebagai suatu yang lumrah atau dengan kata lain bentuk penindasan ini telah disetujui oleh pihak tertindas. Keadaan ini muncul bersama proses internalisasi eksterior atau proses penanaman habitus dilangsungkan pada individu. Misalnya, ketika sekolah memberlakukan aturan berseragam. Secara tidak langsung, sekolah dan guru sedang melakukan penindasan terhadap siswa, tetapi karena aturan tersebut dikatakan sebagai bentuk pendisiplinan siswa, maka siswa akan menerima penindasan sekolah atau guru melalui aturan berseragam tersebut. Sehingga kemudian habitus, kapital, bahkan arena yang nantinya dimiliki individu secara laten telah diarahkan oleh dominasi simbolik ini.

Selanjutnya menurut Bourdieu, dominasi simbolik yang meradang akan melahirkan apa yang disebut sebagai Doxa. Doxa merupakan pandangan seorang penguasa atau pemimpin yang kemudian juga menjadi pandangan seluruh masyarakat. Biasanya pandangan tersebut akan bersifat sloganistik, mudah dicerna, populer, serta sederhana, sehingga masyarakat tidak mampu mengkritisi pandangan tersebut karena merasa sepandang dan sepemikiran dengan sang penguasa. Dengan begitu, doxa akan menjadi pelestari kekuasaan seorang penguasa hanya dengan mempermainkan simbol yang telah masuk dalam pikiran masyarakat. Salah satu contoh doxa adalah Pancasila. Sebab Pancasila hanya dirumuskan oleh beberapa penguasa di zaman itu, tetapi karena bentuknya yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat, maka masyarakat kemudian menerima Pancasila sebagai pandangan hidup bersama tanpa kemudian tiap anggota masyarakat berpikir apakah benar pandangan hidupnya berkiblat pada Pancasila.

Dominasi simbolik dan doxa ini masuk ke dalam pikiran manusia melalui saluran Bahasa. Sebab bahasa merupakan salah satu simbol kekuasaan. Bourdieu mengatakan bahwa tata bahasa yang digunakan seorang individu mencerminkan kelas sosial ekonominya di masyarakat. Misalnya, seorang direktur perusahaan yang berasal dari kelas atas akan menggunakan bahasa yang formal, sementara seorang dari kelas yang lebih rendah kebanyakan akan menggunakan bahasa yang nonformal.

Hadirnya dominasi simbolik, kemudian menciptakan distinction atau pembedaan oleh individu secara sadar berdasarkan dari mana (kelas sosial) ia berasal. Distinction ini banyak dilakukan oleh kelas menengah ke atas untuk membedakan dirinya dengan kelas yang lebih rendah darinya. Misalnya seperti penggunaan bahasa yang dipakai dalam keseharian, atau merek-merek barang yang digunakan. Sementara proses membedakan diri dari kelas bawah, biasanya berbentuk perlawanan (resistance). Di mana nantinya, seorang individu dari kelas bawah akan menggunakan hal yang berbalik dengan kelas atas. Kemudian dari adanya distinction dan resistance inilah, terdapat persaingan sebagai dinamika untuk menghadirkan perubahan sosial di masyarakat.

Melalui praksis sosial, di mata Bourdieu, kemudian pendidikan juga dilihat sebagai proses penciptaan ulang atau pemertahan dominasi simbolik yang telah ada sebelumnya. Pendidikan menutup pintu bagi mereka yang tidak memiliki habitus dan kapital layaknya seorang pembelajar yang biasanya datang dari kelas ekonomi bawah.

Sekian pembahasan mengenai praksis sosial sebagai buah pikiran Pierre Bourdieu, maaf jika masih terdapat kesalahan dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya! :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun