Mohon tunggu...
PPI Tiongkok
PPI Tiongkok Mohon Tunggu... Lainnya - Berdaya-Berkarya-Bersama

PPI Tiongkok merupakan organisasi mahasiswa, sebuah wadah skala nasional yang menaungi berbagai organisasi pelajar Indonesia di seluruh Tiongkok dengan tujuan untuk mempermudah mahasiswa Indonesia bertukar pikiran secara aktif.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

NGOPI Series 5.0: Trans Nation Opportunity for Building Self-Development

8 Maret 2021   11:41 Diperbarui: 14 Maret 2021   21:49 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Nova Edvike Trinanda | Sichuan University

Bidang Relasi Alumni dan Bursa Kerja PPI Tiongkok (27/02/2021), kembali mengadakan webinar "Ngobrol Seputar Profesi (Ngopi)" series 5.0 melalui aplikasi Zoom Meeting. Webinar kali ini digelar selama dua hari berturut-turut dengan tema "Trans Nation Opportunity For Building Self Development".
Hari pertama NGOPI series 5.0 pun dibagi menjadi dua sesi dengan total 4 narasumber. Sesi pertama digelar pukul 14.00 -- 16.00 WIB, dengan Eddo Natalion Wijaya dan Marsha Neida sebagai narasumber. Sedangkan sesi kedua dimulai pada pukul 18.30 -- 20.30 WIB dilanjutkan dengan Julio dan Prathama Nugraha sebagai narasumber.

Eddo Natalion yang merupakan Quality Assurance Lead di Bytedance, China menjelaskan mengenai digitalisasi yang saat ini sangat terasa terutama di tech company. Ada 3 kata yang terlihat mirip tetapi berbeda artinya, yaitu digitisasi, digitalisasi, dan transformasi digital. Digitisasi adalah proses pengumpulan data dari offline dan diubah ke online, sedangkan digitalisasi adalah proses lanjutan dari digitisasi untuk mempermudah bisnis agar informasi gathering dan announcement menjadi mudah. Dan yang terakhir adalah transformasi digital yang merupakan budaya suatu perusahaan dan mencakup digitalisasi dan digitisasi didalamnya.

Mengembangkan soft skills dan hard skills, seperti mempelajari aplikasi digital, coding-coding sederhana, dan mempunyai keinginan belajar yang tinggi adalah modal awal untuk terjun ke dunia tech company.

Beralih ke perusahaan konstruksi milik China, Marsha Neida selaku Human Resource di PT. China Communication Construction Engineering Indonesia sharing mengenai pekerjaannya sebagai HR di perusahaan ini. Secara umum, hal yang dilakukan ialah hire interview, screening cv, proses employee mulai seleksi sampai diterima, perjanjian kerja, administrasi, sampai menghadapi karyawan juga merupakan tugasnya sebagai HR.

Setiap perusahaan memiliki requirements tersendiri, tapi skills bahasa Mandarin saat ini menjadi nilai plus dalam penilaian. Selain bahasa Mandarin, ada hal lain yang juga menjadi pertimbangan suatu perusahaan, misalnya pengalaman kerja ataupun pengalaman organisasi.

"Hal-hal yang bersifat practice seperti public speaking, team work, dan lain-lain juga secara tidak sadar dapat membentuk soft skills yang tidak didapatkan di dalam perkuliahan," ucap Marsha Neida menutup materinya di webinar sesi pertama ini.

Pada sesi kedua webinar, Prathama Nugraha menjadi pembicara pertama. Pemateri yang disapa Koh Tama ini bergelut di bidang distribusi dan berfokus pada bisnis impor. Dalam kesempatannya ini, Koh Tama sharing mengenai bisnisnya. Hal yang paling mendasar ketika berbisnis adalah memahami industrinya dari nol, juga harus mengerti cara main kompetitornya. Sedangkan mengenai karyawan, kepribadian masih menjadi hal utama yang dilirik pebisnis dalam merekrut employee nya.

"Untuk yang tertarik bisnis seperti ini, bisa dimulai dengan gabung ke komunitas ekspor impor, di sana bakal banyak pelajaran yang kalian dapetin, dari mulai peraturan ekspor dan impor itu sendiri, bahkan sampai tips and trick memilih barang yang bagus," ucap Prathama Nugraha menutup materinya.

Di sela-sela webinar berlangsung, penampilan piano dari sang professional pianist, Eddy Panjaitan kerap memeriahkan acara webinar ini. Penampilan yang sangat memukau dari Eddy membuat para peserta webinar terpukau dan enjoy dengan lagu yang dibawakannya.

Lanjut kepada sharing session pembicara terakhir, Julio. Ia membagikan cerita uniknya. Julio yang merupakan Founder and CEO di Piniship & PT Universal Coco Indonesia ternyata tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di Perguruan Tinggi. Julio menyelesaikan pendidikannya hanya sampai tingkat SMA dan mengawali karirnya sebagai karyawan di beberapa perusahaan, bahkan pernah menjadi kuli di perusahaan konveksi muslim.
"Cuma disuruh buang benang dan bekas kain, bener-bener kuli, bukan lagi level karyawan itu mah," jelas Julio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun