Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bukan Maksud Milikku Membunuh Bibitmu

13 Januari 2011   16:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:37 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1294931790393751470

Sari dan Deni sudah 3 tahun menikah, tetapi belum ada momongan. Di tahun pertama pernikahan, mereka masih santai-santai saja, tetapi di tahun kedua keduanya mulai cemas. Semua handai taulan memberi nasehat yang non medis dahulu, "Kalau ML selesai, taruh 2 bantal di pantat Sari selama setengah jam," saran yang satu. Dua bulan dicoba, belum dapat. "Tahan diri. Jangan ML 2 minggu sebelum masa subur, dan waktu 4 hari masa subur itulah ML habis-habisan 3 kali sehari, 1 sendok makan," Kata yang lain. Walau berat gak ML tiap 2 minggu sebelum masa subur, tetapi karena logis teori nabung bibit selama 2 minggu itu dilakukan juga oleh Deni. Tiga bulan dicoba, masih kosong. "Banyak makan toge, minimal sekilo sehari," Kata bibi dari pihak Sari, sampe muka keduanya mirip kacang ijo pun tetap juga tidak ada hasil. "Makan martabak telur bebek dan cumi-cumi, sehari minimal 2 porsi, " Kata paman Deni, dicoba 2 bulan, alhasil berat Deni nambah 7 kilogram, tetapi momongan belum jadi juga adonannya. Tahun kedua, mulai konsultasi ke spesialis kebidanan. "Iya, dok. Kami sempat 3 tahun pacaran dan rutin ML, jadi saya makan pil KB. Apa ada pengaruhnya?" Tanya Sari. "Mungkin saja. Hormon kamu jadi tidak teratur. Oke kita coba periksa kesehatan reproduksi dahulu." Kata dokter kebidanan tersebut. Bibit Deni diperiksa di laboratorium biologi medik dan kesimpulannya sehat. Santi dicek bentuk rahim dan saluran telurnya baik. Dan si dokter pun mulai memberi obat penyubur kandungan. Lima bulan, masih tidak berhasil juga. "Jadi, bagaimana ini, dok? Saya sudah ingin benar punya anak, tetapi kalau ikut program bayi tabung yang 50 jutaan itu, kami tidak punya biayanya," Memelas Sari menyatakan kesedihannya, sambil menggarut-garut tangan. "Kenapa ibu garut-garut tangan? Lho, kulitnya ada merah-merah. Ibu ada galigata, ya?" Tanya si dokter kandungan. "Iya, dok. Maaf, semalam kami baru ML. Kalau habis ML seharian suka ada galigata seperti ini." Kata Sari. Langsung saja temuan menarik itu ditangkap oleh si dokter. Segera dia mengkonsulkan Sari ke dokter penyakit dalam konsultan alergi imunologi. Dan dengan tes yang prosesnya agak rumit, disimpulkan oleh si dokter konsultan alergi itu, bahwa Sari alergi dengan sperma suaminya. Dimana sperma suaminya langsung diserang oleh antibodi dari tubuh Sari saat masuk ke jalan lahir dan dihancurkan. Jadi, sebanyak apapun sperma dihasilkan oleh Deni, semua akan dibunuh antibodi di 'Mrs V' Sari, segera setelah disemprotkan. Tanpa ada satu pun yang selamat. Akhirnya, Sari diberikan obat antiradang. Dan jika suami istri ini ingin ML, Sari makan obat dahulu 2 jam sebelumnya. Setelah menjalani terapi ini selama 3 bulan, Sari hamil. Hore! Kedua suami istri ini pun bersorak gembira mendengar penjelasan dokter kandungan. " Tetapi, karena sperma bapak dapat memancing antibodi ibu yang menghancurkan sperma, dan takutnya bayi mungil di rahim ibu ikut-ikutan dihancurkan, sebaiknya jangan ML dahulu selama kehamilan ini..." Jelas si dokter. Langsung Deni mendadak pucat dan lemas. "Kan bisa makan obat anti radang untuk mengatasinya, dok?" Katanya mau nego. "Efek samping obat antiradang ke bayi juga ada." Kata dokter. "Yah...Puasa 8 bulan, deh.." Kata Deni lemas. "Kamu harusnya bersyukur Den. Yang alergian istri kamu. Kalau kamu yang alergian terhadap Mrs V istri lebih susah lagi. Tiap ML, pasti Mr. P kamu bengkak dan merah kayak kena galigata. Pasti gatal dan sakit banget" Kata dokter konsultan alergi. Ya, mendengar hal itu Deni pun dapat tersenyum lagi. Susah payah mau mendapatkan sang buah hati, masak menahan diri tidak ML 8 bulan saja tidak sanggup. Sanggup-sanggupkanlah, Den. Aku gak ikutan, ah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun