II. Â Penyimpangan Orientasi Seksual Coki
"Coki, ke rumah Udit sepulang sekolah,  kita nonton film Upil Ipil." Ajak Rubin,  salah satu sahabatnya di SMA.Â
"Film boneka, Â apa istimewanya? nonton sendiri saja di rumah hari Minggu." Jawabnya malas-malasan.Â
"Kamu kan ingin ambil kedokteran, Â ini episode khusus ada pemeriksaan dokter -dokteran."
Dan langsung saja Coki semangat ikut ke rumah yang dimaksud, Â anak seorang pejabat di dinas 'lahan basah' yang punya video player canggih dan televisi layar lebar 40 inchi tahun 1997 itu.Â
Kebetulan Udit tinggal hanya sendiri dengan satu pembantu dan satu supir, Â orang tuanya sedang menjadi kepala dinas di kabupaten yang 5 jam jauhnya dari kota ini.Â
Selain ketiga sahabat itu ternyata ada 6 lagi teman lelaki lain satu SMA tetapi beda kelas ikut menonton.Â
Awalnya film ada cerita 4 menitan sebelum akhirnya adegan persetubuhan lelaki dan perempuan itu terjadi, Â semua teman bergantian ke kamar mandi ngakunya kebelet pipis, melongo sambil menelan ludah tetapi anehnya Coki yang masih usia 17 tahun menonton dengan pandangan bosan tetapi sesekali tertarik melihat bentuk anatomi wanita yang jarang melihat sepolos itu.Â
Di kampuspun di kisaran tahun 2001-2002-an dia pernah membuat kecewa Nia, Â teman belajarnya terdekat yang sama-sama langganan nilai A dan IPK 3, yang berharap si perjaka menyatakan cinta tetapi hanya pujian kosong penyenang hati yang didapat.Â
"Kamu cantik sekali, Â Nia. "
"Kamulah wanita terindah di kampus walau mata minus tiga."