Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen: Indahnya Diplomasi demi Donasi Turun Mesin

9 Juni 2021   13:50 Diperbarui: 9 Juni 2021   14:03 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lokomotif turun mesin dan donasi (dok.pri.)

"Loko turun mesin, rencana mau dimusiumkan di bengkel lokomotif pabrik tua, karena onderdil-onderdilnya sudah sangat langka dan itupun hanya bisa didapat di toko onderdil antik di Belanda sana." Pak Bonok membuat pengumuman di Kedai Kopi di persimpangan empat Kota, tempat sepertiga lelaki di tempat itu biasa menghabiskan sore harinya.

Kedai ini unik karena melarang semua tamu main "gadget" sepanjang berleha-leha disana, karena kalau tertangkap kamera main "HP" dapat langsung didenda 100 ribu permenit pegang benda canggih itu.

"Waduh, bagaimana. Loko itu kereta tua penuh nostalgia. Dari sekolah rakyat sampai pensiun saya naik itu, ke sekolah, ke pabrik dan ke Kota ini. Memperbaikinya pasti mahal, ya?"Tanya Pak Tonik yang sebaya.

"Jangan dimusiumkan, dong. Loko harus tetap bisa jalan keliling kota kita ini untuk wisata, untuk transportasi kota dan untuk nostalgia."Ujar Ujang, agak lebih muda satu dekade dari seniornya tetapi mukanya ikut-ikutan tua keseringan kongkow sama angkatan pensiunan.

"Bagaimana caranya, pihak pabrik tidak punya anggaran lagi untuk perbaikan dan pemerintah daerah uangnya habis buat menangani corona. Apa kita pakai cara lama?"Pak Bonok bertanya serius di tengah-tengah kedai dan disambut acungan jempol lebih separuh pelanggan.

Ya, cara lama itu namanya donasi, akan selalu ada uang lebih dari tiap warga yang peduli aktifitas-aktifitas sosial, budaya maupun kemanusiaan di kota kecil yang semarak itu. Bahkan kalau jualannya menarik dan mengharu biru, bisa jadi diumbar ke media sosial dan masyarakat di luaran sanapun dapat menyumbang.

"Berapa kebutuhan uangnya, Pak Boss? Mau di-"share" ke anak cucu kota ini yang sudah sukses di Ibu Kota atau kota lain."Tanya Tonik ke Bonok.

"Mesin tua, onderdil antik dan ongkos kirim, belum lagi montirnya juga harus montir-montir tua seperti Saya yang cepat capek. Buat saja butuhnya 2 milyar. Ke rekening saya saja yang biasa untuk donasi-donasi acara lainnya."Kata pak Bonok.

Semua maklum, itu nomor rekening sangat sakral, belasan tahun terakhir selalu menjadi pelabuhan donasi macam-macam kegiatan, sumbangan bantuan kebakaran, untuk anak asuh, untuk uang duka cita, untuk korban banjir, korban begal maupun untuk sumbangan ke fakir miskin kota.

Semua mempercayakan ke pak Bonok karena yang lain malas mengurusi aktifitas ini itu dan tidak enak hati kalau mengambil alih prakarsa pak Bonok, walau memang tidak pernah ada yang mengaudit apa benar 1 juta disumbang donatur maka yang sampai ke obyek benaran 1 juta atau banyaklah "uang rokoknya".

Tidak sampai dua minggu, donasi mengucur deras dan terkumpullah 3,5 milyar, lalu dua minggu berikutnya Loko, si kereta tua jalan lagi. Semua puas, semua senang, kota kembali bergairah melihat kereta tua sejak tahun 1800-an akhir aktif lagi menjadi "ikon" kota.

"Pak Bonok, bagi dong sedikit sisa uang donasinya......"Kata pak Tonik suatu senja di teras rumah si Boss yang walaupun rekeningnya sering menerima donasi bermacam kegiatan, namun rumah kayu itu tetap begitu saja adanya.

"Adalah untuk kamu dan yang lain, yang ikut memviralkan kegiatan turun mesinnya si Loko. Tapi masing-masing 5 juta, ya. Saya sedang membuatkan rumah 3 tingkat buat istri keempat yang baru tamat kuliah, hehehehehe." Kata aki-aki lansia penakluk mahasiswi itu.

"Ya, lumayanlah, pak. Tapi kok bisa cepat membenarinya, ya?"Tanya pak Tonik penasaran.

"Oh, itu Loko, mesinnya sebenarnya bukan mesin uap yang lama lagi. Dua tahun lalu sudah kami ganti semua dengan mesin mobil bensin, tetapi dari luar seolah masih mesin ketel uap. Biaya ganti onderdilnya cuma habis 30 juta saja, kok. Tetapi ya saya lagi butuh buat rumah bini baru, makanya buat isu yang kemarin. Hahahahahahahaha......."Sang Boss donasi tertawa puas, giginya yang masih lengkap terlihat jelas, konon itu separuhnya gigi implant yang satu gigi biayanya bisa 50 jutaan, hasil donasi juga.

"Untung tidak ada yang memeriksa dan mengaudit, ya, pak."Pak Tonik geleng-geleng kepala.

"Gak ada yang beranilah. Saya bisa tuntut pencemaran nama baik. Pengacara, hakim, polisi dan jaksa kota ini semua teman saya dan ikut menikmati uang donasinya. Hehehehehehe...."

Hehehehehehe.....Ya, biasalah......

dokumentasi KOMPAL
dokumentasi KOMPAL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun