Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tertunda Mencoblos Lebih dari Satu Jam di TPS karena Saksinya Ngotot Menghitung Jumlah Semua Kertas Suara

17 April 2019   12:28 Diperbarui: 17 April 2019   12:32 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ke TPS (tempat pemungutan suara) pagi-pagi, ya. Kalau terlambat, nanti dilama-lamain, sampai kita bosan dan pulang tidak sabar menunggu." Begitu pesan "WA Groups" saya yang pro 01.

Lalu saya, istri dan ibu saya pukul 6.45 di 17 April 2019 ini ke TPS 43 Jalan Kejawen Palembang, tempat dimana warga RT 021/RW 006 memberikan hak suaranya. Isu banyak orang kubu tertentu kumpul puluhan sampai ratusan orang dari malam di TPS ternyata tidak terjadi. Hanya belasan orang yang berkumpul dan dominan tanpa memakai baju putih.

dokpri
dokpri
Pukul 7.20 WIB, kami hanya diijinkan mendaftar dahulu, saya nomor 7, istri nomor 6 dan ibu saya nomor 8, karena ternyata ada beberapa saksi yang ngotot sekali semua surat suara dihitung ulang berapa jumlah perkotaknya. Lalu dihitung dan disetujui semua kotak untuk pilpres, DPR,DPD,DPRD Propinsi dan DPRD Kotamadya, jumlahnya 226 kertas suara.


Ada saksi yang tadinya mau memeriksa apa semua surat suara belum tercoblos, namun ketua TPS menolaknya karena akan memakan waktu lebih lama lagi. Setelah berdebat panjang, akhirnya disepakati pukul 08.15, satu persatu kami dipanggil dan karena ibuku sudah usia 76 tahun aku pun membantunya membuka surat suaranya dan mencobloskannya tetap dia, kebetulan kami sebelahan surat suara.

Kalau presiden, kami bertiga tetaplah pilih Jokowi dan ternyata yang duduk di sebelah kiri dan kanan saya juga mendukung Jokowi, karena sesuai namanya, jalan itu Kejawen, banyak orang Jawanya dan menurut survey, orang Jawa kebanyakan, yang rakyat biasa, lebih suka orang sederhana dan ramah seperti Jokowi. Soal mencicipi "kue pembangunan" golongan wong cilik beginian sudah maklum, itu hanya terasa di lingkungan atas, mereka hanya berasa imbasnya saja, harga stabil, pembangunan terasa merata dan pulsa serta data "gadget" terjangkau. Liburan ke luar negeri atau makan mewah di restoran mahal mereka juga gak bercita-cita ke sana.

Siapa pemenang pilpres, saya sudah pasrah-pasrah saja. Bagi saya bedanya presiden terpilih nanti di gaya kepemimpinan, Jokowi kita mengerti gayanya seperti apa, sementara Prabowo-Sandi nanti pasti akan membuat gaya baru yang disesuaikan dengan koalisinya sementara yang pro Jokowi saat ini otomatis menjadi oposisi, minimal setahun ini, tahun depan mungkin ada beberapa partai yang pindah haluan atau 4 tahun lagi menjelang pilpres 2024 pasti akan ada pergeseran dukungan kalau ada 3 pasangan calon dengan "poros tengah" di salah satunya.

sumber: dokumentasi KOMPAL
sumber: dokumentasi KOMPAL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun