Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Mengapa Sulit Membendung Karir Politik Jokowi?

11 April 2019   00:50 Diperbarui: 11 April 2019   05:31 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karir politik Jokowi bermula dari memenangkan pilkada Solo tahun 2005 bersama wakilnya Hadi Rudyatmo di angka 36,62%, pasangan calon ini hanya didukung PDIP dan PKB, itupun setelah susah payah Jokowi mencari partai pengusung untuk menjadi walikota, selengkapnya dapat dibaca disini.

Prestasinya dalam menata kota Solo dengan sangat fenomenal membuat rakyat kota itu 90,09% memilihnya lagi di tahun 2010 dengan wakil yang sama, tetapi partai pendukungnya kali ini PDIP,PAN dan PKS, dapat dibaca disini .

Di periode kedua inilah Joko Widodo mulai dilirik media nasional dan menjadi bintang tamu di Mata Najwa, selanjutnya tahu sendirilah, muncul istilah "media darling", "pencitraan" atau "settingan" oleh lawan-lawan politiknya yang lucunya kalau mereka meniru apa yang dilakukan Jokowi pun belum tentu efeknya sama bagus, terkadang malah ketahuan sandiwaranya.


Selanjutnya di 2012, Joko Widodo yang dipasangkan dengan Ahok memenangkan Pilkada DKI Jakarta melawan pertahana. Cukup unik, kalau ditelusuri lebih jauh, maka sebenarnya Jokowi diajak ke "DKI 1" itu malah bukan inisiatifnya sendiri, tetapi permintaan PDIP dan Gerindra saat itu, biar tidak salah persepsi boleh dibandingkan jejak digital berikut ini.

Karir politik Jokowi si "Ndeso" itu saya pribadi berpikir cukup sampai di DKI Jakarta dan ketika bulan Pebruari 2014 saya jalan-jalan di "Car Free Day" Minggu pagi di bundaran HI, sayapun kebingungan melihat ada beberapa ratus orang berani-beraninya mendeklarasikan "Jokowi for President 2014" dengan semangat, walau tidak sampai menggebrak-gebrak meja, seperti video dibawah ini.


Tetapi bak tsunami, ternyata suara relawan pengusung ini tidak terbendung, maka PDIP pun dengan sangat-sangat terpaksa memutuskan mengajukan Jokowi sebagai calon presidennya di pilpres 2014 yang dapat disimak dalam liputan ini .

Saya sempat membaca berbagai isu, berita simpang siur ataupun kicauan sana-sini yang intinya bernada negatif terhadap kesediaan Jokowi menerima amanat partai yang membesarkannya ini. Saya pribadipun sempat bertanya-tanya, mengapa tidak sebagai wakilnya Prabowo saja? Atau kenapa tidak ditolak dan menunggu 10 atau 15 tahun lagi saja? Atau kenapa tidak Megawati menjadi presiden dan Joko Widodo wakilnya? Atau malah lebih liar lagi, mengapa tidak Prabowo menjadi wakilnya Jokowi?

Namun sejarah mencatat sang tukang kayu dari Solo dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada bulan Oktober 2014, apa yang dikerjakan Jokowi menurut saya pribadi melebihi harapan, karena saya tidak terpikir infrastruktur sebanyak itu dan merebut Freefort dapat dilakukan seorang presiden hanya dalam satu periode.

Upaya membendung karir politik Jokowi pasti ada dan harus ada, karena di negara demokrasi seperti Indonesia, setiap 5 tahun akan ada "seleksi alam" ujian politik rakyat kepada semua calon pemimpin di TPS-TPS. Jika lebih setengah rakyat puas, maka dia akan terpilih lagi, namun kalau sebagian plus satu rakyat memutuskan ganti "pilot", maka pasti akan terganti.

Untuk Jokowi, saya anggap sulit membendung atau meniru karir politiknya karena "some how" rakyat yang dipimpinnya dan media yang ada di sekitarnya membuat semacam arus deras bak badai yang tidak mampu ditahan lawan-lawan politiknya. Ini sulit ditiru dengan gratis, bahkan mungkin ada yang mau men-"setting" dukungan rakyat serta media dengan dana milyaran atau malah trilyunan, namun hasilnya masih bak pungguk merindukan bulan.

Ada juga yang percaya itu "garis tangan", alias ada orang-orang tertentu yang garis tangannya itu selalu "terpilih" dan ada orang-orang tertentu yang entah bagaimana selalu menjadi "calon".

sumber: dokumentasi kompal
sumber: dokumentasi kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun