Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Seumur Hidup Saya Sudah Dua Kali "Return to Base" dan Dua Kali Ketinggalan Pesawat

29 Oktober 2018   23:52 Diperbarui: 30 Oktober 2018   01:19 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama si Lukas (dok.pri)

"Akhir tahun jadi liburan lagi?"Tanya istri agak khawatir atas musibah maskapai Lion Air JT 610 pagi ini, dimana ada beberapa dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di Propinsi Bangka-Belitung ikut menjadi korban.

"Tetaplah, sudah janji,kan sama keluargamu?" Kata saya, karena tahun ini "jatah" berkumpul merayakan tahun baruan di keluarga mertua.

"Kita naik mobil saja, ya?" Nyonya tampak masih khawatir, apalagi kami rencananya berkumpul di Serang, rumah baru adik istriku yang nomor 5. Jalan darat juga sebenarnya bisa, tetapi kalau namanya akhir tahun, pasti macet parah.

"Capek. Resiko menyupir jarak jauh juga ada. Menyeberang pakai kapal Ferry di Bakauheuni-Merak juga kapalnya bisa tenggelam. Berdoa sajalah terhindar musibah atau kalau perlu kita naik pesawat bagi dua kelompok saja. Biar kalau ada musibah, tidak kena sekaligus."Kataku. 

Konon beberapa keluarga kerajaan di dunia menganut "standard travelling" yang sedemikian, jangan satu rombongan ada di satu pesawat, harus dipecah. Misalnya ratu dan anak pertama, kedua naik pesawat yang satu, maka raja dan anak ketiga, keempat menumpangi pesawat lain. Alasannya kalau satu pesawat kena musibah, maka ada ahli waris lain yang masih hidup di pesawat yang lain. Jarang atau hampir tidak mungkin probabilitasnya kedua pesawat kena musibah pada hari yang sama.

Bersama Matius dan Markus (dokumentasi pribadi)
Bersama Matius dan Markus (dokumentasi pribadi)
"Ah, kita orang biasa juga. Daripada sedih sebagian dan kena musibah sebagian, mendingan satu pesawat saja, kalau selamat ya semuanya bahagia, kalau kena musibah, tidak ada yang perlu bersedih."Kata nyonya dan akupun setuju.

Saya pernah mengalami dua kali "return to base", pesawat kembali ke bandara keberangkatan tahun 2007 dan tahun 2010. Yang pertama, akibat pesawat yang kami sekeluarga naiki 5 menit setelah lepas landas ternyata mesinnya tidak mampu mendorong pesawat sampai ketinggian 25000 kaki. Pilot memutuskan turun lagi di Medan dan pesawat tertunda berangkat sampai malam hari.

Yang kedua saat dari Jakarta mau pulang ke Palembang, pukul 05.20 WIB, saat itu bulan Juli dimana kabut asap sedang banyak-banyaknya. Pesawat tiba diatas kota Palembang di pukul 06.10, tetapi jarak pandang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II kurang 600 meter. Pesawat berputar-putar 45 menit di udara Palembang berharap matahari terbit dapat mengusir kabut akibat pembakaran hutan, namun tidak tercapai jua jarak pandang ideal yang diatas 900 meter itu. 

Pilotpun memutuskan kembali ke Jakarta, karena bahan bakar pesawat hanya cukup untuk balik dan tidak menjamin sanggup bertahan di atas menunggu kabut asap hilang.

Untuk ketinggalan pesawat saya juga dua kali, pertama tahun 2008 saat mau simposium, sudah "check in" tetapi masih sempat ke rumah sakit, karena ada pekerjaan yang sangat penting, waktu pulang ke bandara, malah macet di jalan. Pesawatnya sudah lepas dari garbarata, saya baru sampai di ruang tunggu. Kemudian di tahun 2013 juga pernah ketinggalan pesawat pagi dari Jakarta ke Palembang, akibat ketiduran dan pihak hotelnya tidak menjalankan pesan "wake up call" di pukul 03.30 pagi. Terpaksa jadwal praktek di Palembang diundur jam 11.00, karena pesawat saya pun harus mundur 2,5 jam.

Kondisi "return to base" terkadang membuat kesal, apalagi yang batal mendarat akibat kabut asap, karena kita sebenarnya sudah di atas kota tujuan, namun tidak mampu meraihnya. Tetapi mendapat informasi pesawat Lion Air yang terkena musibah 29 Oktober 2018 ini, saya bertambah menghargai betapa pentingnya keputusan "R2B" ini dijalankan begitu pilot merasakan ada kerusakan sistem navigasi atau ada ketidakberesan cuaca yang membahayakan keselamatan penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun