"Sah? " Tanya kepala KUA (Kepala Urusan Agama) setempat, Â di kota Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Â kira-kira 2 jam dari kota Jambi.Â
"Sah" Kata dua orang saksi kedua mempelai yang salah satunya adalah pak Wakil Bupati disana.Â
Pernikahan yang diadakan tanggal 18 bulan 8 tahun 2018 di kota yang 9 jam jauhnya dari kota Palembang ini saya datangi karena yang mengundang adalah pak Mazril dan bu Endang, Â induk semang istriku saat menjadi dokter gigi PTT di rumah sakit sana, Â tahun 1998 sampai 2002.
Mereka menikahkan putri pertamanya Ami dan sangat berharap anak-anak angkatnya selama PTT (Pegawai Tidak Tetap) datang.Â
Istriku yang terpanggil akan datang, Â berjanjian dengan temannya dokter di Bandung untuk hadir, Â awalnya mau pergi sendiri, Â tetapi sebagai suami saya tidak tega, Â maka kami dan anak-anak pun mengawal mamanya kesana.Â
Belajar dari kata merdeka di acara pernikahan di Kuala Tungkal ini, Â marilah berhenti menuntut merdeka sebagai sebuah akhir perjuangan, Â karena itu sebenarnya awal dari perjuangan baru, Â perjuangan yang lebih dewasa bukan lagi permainan kanak-kanak dan romantisme pacaran.Â
Bersama tulisan ini saya sampaikan selamat menempuh hidup baru kepada kompasianer Irmina Gultom, tadi siang di Jakarta. Semoga bahagia sampai punya anak cucu dan "saur matua".