Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Merdeka dalam Pernikahan

18 Agustus 2018   19:49 Diperbarui: 19 Agustus 2018   09:23 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan Amin dan Ami (dok. Pri)

"Sah? " Tanya kepala KUA (Kepala Urusan Agama) setempat,  di kota Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,  kira-kira 2 jam dari kota Jambi. 

"Sah" Kata dua orang saksi kedua mempelai yang salah satunya adalah pak Wakil Bupati disana. 

Pernikahan yang diadakan tanggal 18 bulan 8 tahun 2018 di kota yang 9 jam jauhnya dari kota Palembang ini saya datangi karena yang mengundang adalah pak Mazril dan bu Endang,  induk semang istriku saat menjadi dokter gigi PTT di rumah sakit sana,  tahun 1998 sampai 2002.

Mereka menikahkan putri pertamanya Ami dan sangat berharap anak-anak angkatnya selama PTT (Pegawai Tidak Tetap) datang. 

Istriku yang terpanggil akan datang,  berjanjian dengan temannya dokter di Bandung untuk hadir,  awalnya mau pergi sendiri,  tetapi sebagai suami saya tidak tega,  maka kami dan anak-anak pun mengawal mamanya kesana. 

Sekeluarga ke kondangan (dok. Pri.)
Sekeluarga ke kondangan (dok. Pri.)
Seperti pesan pak Penghulu,  bahwa suami istri sudah merdeka dan bebas bergaul,  berhubungan karena sudah "halal" tetapi ternyata ada kewajiban dan tanggung jawab oleh masing -masing pihak,  terutama suami kalau tidak menafkahi istri dalam kurun waktu tertentu dapat digugat cerai istrinya ke KUA (ralat: Pengadilan Agama).  

Bersama mempelai (dok. Pri)
Bersama mempelai (dok. Pri)
Merdeka di satu sisi,  menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab di sisi lain,  berarti siap merdeka maka siap membangun dan bekerja mengisi kemerdekaan itu. Kemerdekaan bukan akhir ternyata, tetapi awal sebuah perjuangan baru yang kalau tidak dilaksanakan akan dapat "digugat" oleh yang meminta "dinafkahi".

Belajar dari kata merdeka di acara pernikahan di Kuala Tungkal ini,  marilah berhenti menuntut merdeka sebagai sebuah akhir perjuangan,  karena itu sebenarnya awal dari perjuangan baru,  perjuangan yang lebih dewasa bukan lagi permainan kanak-kanak dan romantisme pacaran. 

Bersama tulisan ini saya sampaikan selamat menempuh hidup baru kepada kompasianer Irmina Gultom, tadi siang di Jakarta. Semoga bahagia sampai punya anak cucu dan "saur matua".

Dari FB Kompal
Dari FB Kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun