Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Haruskah Rakyat "Memeras" Partai Baru yang Diduga "Pentolannya" Banyak Duit?

18 Juli 2018   22:00 Diperbarui: 18 Juli 2018   22:03 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaos dan uang (dok.pri)

"Cuma dikasih kaus oblong dan uang 50 ribu?  Ogah! " Jawab seorang teman kerja di rumah sakit saat ditanya apakah mau memilih partai baru kalau saat kampanye dan kasih itu saja. 

"Maunya apa?Ada usul?" Tanya saya. 

"Kalau pakaian minimal baju batik yang mahalan sedikitlah,  kalau uang ya minimal 200 ribulah. Mereka,kan, orang kaya."Katanya lagi. 

Alasan lain sebenarnya sudah ada partai yang didukung sampai mati karena sudah cinta mati atau memilih tokohnya yang sudah sangat dikagumi. 

Intinya, mengalihkan pilihan ke partai baru yang hanya mengandalkan program adalah alasan yang sangat "culun banget". Apalagi jika si partai menawarkan "pentolan" yang diduga kaya raya dengan harta benda keluarga besar yang totalnya ratusan trilyunan rupiah akibat sistem yang "memihak" mereka di masa lalu, maka aroma "wani piro-pun" akan menyeruak sampai ke langit-langit ruangan kampanye.

Rakyat yang pintar pasti akan suka-suka saja dikasih uang dan kaus oblong, seperti saat pilkada bulan lalu yang di Palembang ada 4 pasangan calon walikota dan 4 pasangan calon gubernur, ada teman yang dapat uang dari 2 pasangan calon gubernur dan 1  pasangan calon walikota serta kaus-kausnya, barangnya diterima tetapi untuk gubernur dia malah memilih yang berbeda karena masih saudara jauh. Merasa berdosa? Enggaklah, 50-100 ribu terlalu murah untuk membeli suara, itu hanya pengganti ongkos dengar program kampanye saja.

Jadi, berapakah harga yang pas untuk membeli suara pemilih bagi partai baru yang "diduga" modalnya 100 trilyunan? Kalau targetnya 10% saja dari 150 juta mata pilih, maka dia harus membeli 15 juta suara sah dengan uang 100 trilyun, berarti masing masing pemilih ditawarkan 6,7 juta dan dibuat perjanjian bermaterai akan membuktikan pilihannya dengan memotret kertas suaranya. Kalau maunya 20%? Berarti uang yang ditawarkan separuhnya yaitu 3,35 juta dan kalau mau 30% maka lebih kecil lagi.

Haruskah rakyat "memeras" si partai baru sekejam itu? Jawabannya relatif, kalau sipartai mau diperas dan mungkin itu merupakan salah satu cara mengembalikan ke rakyat apa yang salah di sistem distribusi kesejahteraan di masa lalu, "why not"?

Tetapi bila si pendiri partai baru yang diduga kaya raya berharta ratusan trilyun hanya "test drive" dengan menjual nostalgia romantisme masa lalu yang konon lebih indah dari jaman reformasi sekarang, maka dia mungkin hanya mau keluarkan recehan saja dahulu 50-100 milyar dan kalau tidak dapat suara yang bermakna si partai langsung dibubarkan karena memang tidak melawan.

Biaya politik di negeri ini memang masih mahal, karena rakyat tahu bahwa mereka pasti akan dikasih uang dan sialnya merekapun tahu kalau 50 ribu sampai 100 ribu itu terlalu murah untuk suara mereka, jadi kalau mau serius menduiti mereka akan minta yang lebih besar, terutama kalau si pemilik partai hartanya diyakini diatas 100 trilyun.

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun