Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Uniknya Mengemis Memakai Terjemahan dari "Smartphone" di Shibuya, Tokyo

14 Juni 2018   07:35 Diperbarui: 14 Juni 2018   08:37 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Hachiko, anjing setia (dok.pri)

Pagi , tanggal 13 Juni 2018 kemarin saya baru terbangun pukul 8 pagi,  langsung buat tulisan tentang perjalanan ke Gunung Fuji, takut kenangannya basi kalau lama-lama disimpan di otak entah bagian kanan atau kiri. Pokoknya, selesai mandi langsung "upload" foto di "facebook" dan video di "youtube", lalu mulai masuk ke kompasiana untuk meramu dua jenis dokumentasi itu sebagai anyaman kisah perjalanan yang diharapkan menarik.

Masalahnya, apa sih yang tidak menarik di Tokyo? Dan apa sih yang menarik di Tokyo yang belum dibahas oleh orang lain? Itu yang saya pikir keras selama kurang lebih 10 menit, setelah mendapat inspirasipun nantinya saya harus berpikir keras 10 menit lainnya, apa sih judul tulisan diatas ini yang membuat teman-teman sudi mampir dan jangan "melengos" saja?

dokpri
dokpri
Tetapi setelah kisah kemarin tayang di Kompasiana pukul 10.30 kurang lebih waktu Tokyo, "tour guide" pribadi saya si mamanya anak-anak mengajak berangkat ke stasiun Shinjuku Nishiguchi sekitar hostel dan memutuskan membeli tiket kereta "subway" seharian perusahaan Toei Line.

Di Jepang selain pemerintah, ada beberapa perusahaan lain yang memiliki jalur kereta api bawah tanah ini. Manfaatnya kalau mau jalan-jalan pakai tiket terusan ini jauh lebih hemat daripada yang putus-putus, karena kalau kesasar tinggal balik lagi dan bayarnya sama saja.

Perjalanan pertama kami adalah ke kuil tertua dan paling ramai dikunjungi di Tokyo, yaitu Kuil Sensoji di Asakusa, kami naik dari jalur E1 dan berhenti di E11, padahal kalau pindah kereta ke jalur A17, kita turun ke A18 yang lebih dekat, ini kami tahu saat pulangnya dengan tanya-tanya wisatawan lain. Maka ada banyak jalur peralihan yang perlu dipelajari sebelum berangkat.

Sensoji Temple (dok.pri.)
Sensoji Temple (dok.pri.)
Kuil Sensoji dibangun abad ke 6 Masehi dan sangat ramai dikunjungi oleh anak-anak sekolah serta wisatawan bule dan wajah Arab atau India. Uniknya disini banyak yang memakai kimono untuk ikut ritual tertentu.

Sejam di Kuil Sensoji, kami menuju Tokyo Tower, masuk lagi ke Asakusa Stasiun di A18 lalu turun di A09 selanjutnya pindah ke jalur E20 menuju E21. Berjalan kurang lebih 200 meter dari Stasiun Akabanebashi kita melihat taman Tokyo Tower.

Tokyo Tower (dok.pri.)
Tokyo Tower (dok.pri.)
Menara ini mirip "sutet" kita sebenarnya, tetapi ya di Tokyo jadi semacam "landmark" yang menjadi bukti kita sudah kesana harus ada foto "selfie" disini yang maunya dianggap semacam menara Eiffel di Paris. Disini ada banyak alat-alat bantu untuk olehraga, bahkan kursi tamannya pun dibuat melengkang-lengkung sesuai dengan lekukan untuk posisi yoga.

Puas bermain di taman olahraga menara Tokyo, kembali masuk ke kereta bawah tanah di jalur E21 kita menuju E24 lalu turun dan pindah ke jalur Z3 menuju ke Z1, Shibuya Stasiun yang terkenal dengan legenda anjing setianya, Hachiko.

Hachiko dan keluargaku (dok.pri.)
Hachiko dan keluargaku (dok.pri.)
Kisah Hachiko yang hidup tahun 1923-1935 menjadi pelajaran tentang kesetiaan pada anak-anak sekolah dasar di Jepang. Alkisah, anjing jantan jenis Akita Inu ini dipelihara oleh seorang Profesor bidang pertanian di Tokyo yang rumahnya dekat Stasiun Shibuya. Setiap sore si anjing selalu menyambut tuannya di stasiun kereta ini pulang kerja, namun setelah si Profesor meninggalpun Hachiko selalu menunggu di depan stasiun sore hari sampai akhirnya meninggal.

Kesetiaan anjing ini jadi melegenda dan dibuatkan patung serta ada filmnya, membuat lokasi ini menjadi tempat "janjian" paling terkenal di Jepang. Mengantri berfoto di depan monumen atau patung Hachiko lumayan panjang dan harus sabar, kalau mau nyelonong pasti ada yang menjerit emosional marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun