Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tahun 2019, Pertarungan Partai Ideologi versus "Partai Panitia"?

22 April 2018   01:51 Diperbarui: 22 April 2018   02:13 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Partai adalah perkumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dalam berpolitik dan intinya ingin mewakili suara rakyat di pemilu melalui kader-kadernya yang terpilih.

Tujuannya ini yang terpenting apakah memperjuangkan ideologi tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianggap terbaik untuk kemajuan bangsa atau hanya bertujuan untuk menjadikan seseorang tokoh menjadi presiden, yang selanjutnya secara lugu saya golongkan sebagai "partai panitia" (pakai tanda kutip).

Partai dengan ideologi tertentu biasanya punya basis masa sesuai dengan ideologinya, misalnya aliran agama tertentu, penganut paham demokrasi tertentu, penganut politik tertentu dan jelas-jelas di Indonesia paham-paham yang bermau komunisme, atheisme,setanisme, sadisme atau hal-hal negatif yang dilarang oleh undang-undang pasti dilarang.

Partai jenis ideologi ini biasanya lebih tahan banting karena pemilih fanatiknya pasti ada, tokoh apapun menjadi ketua, calon dan siapa yang kampanye tidak penting.

Partai panitia biasanya "mengkhultuskan" tokoh tertentu untuk menjadi presiden, karena si tokoh yang punya dana, atau si tokoh sangat kuat ketokohannya sehingga terbentuklah relawan yang fanatik yang rela keluar dana dan repot mengorganisasikan diri asal si tokoh dapat jadi presiden.

Biasanya partai ini akan redup sendiri jika si tokoh gagal jadi presiden, atau sudah selesai jatahnya buat jadi presiden dan tidak ada pengganti yang sepadan atau si tokoh sudah tidak mau keluar dana lagi untuk operasional partainya.

Kalaupun ada ideologi yang terkesan ada di "partai panitia" yang diperjuangkan, itu hanya pelengkap supaya kader-kadernya yang menjadi calon legislatif dapat berkampanye hal lain selain meneriakkan nama si tokoh.

Saya pribadi lebih suka kalau ada tokoh yang "barang bagus" dan punya "fan's club" lumayan "spartan" memilih bergabung di partai ideologi yang sudah ada dan punya kecocokan visi, misi dan tujuan dalam berpolitik. Dibandingkan kalau membuat "partai panitia" baru dengan biaya tinggi serta kerepotan administrasi yang melelahkan relawannya.

Berjuang di partai yang sudah ada dan berbasis ideologi tertentu ibarat sekarang kita lebih efektif dan efisien memanggil kendaraan dengan aplikasi "online" ke pesta pernikahan yang parkirnya susah dan macetnya luar biasa, daripada harus membeli mobil atau motor baru hanya untuk ke pesta  tersebut.

Sesudah sampai di pesta, kendaraan itu tetap dapat membawa penumpang lain ke tempat lain, berbeda dengan kendaraan yang dibeli kalau sudah tidak dapat dipakai lagi, karena si empunya sudah "invalid" karena usia, misalnya, maka terpaksa dijual.

Maka, 2019 dapat saja kembali terjadi pertarungan antara partai ideologis versus "partai panitia" dan calon presidennyapun adalah calon presiden dari kedua jenis partai. Bila partai ideologis yang lebih terpilih, menurut saya lebih baik, karena sudah susah saat ini membuat partai ideologis yang berbeda dari yang sudah ada, karena semua ideologi yang diterima oleh negeri ini telah terwakili.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun