"Satu cerpenmu hanya dihargai 10 ribu atau  paling mahal seratus ribu di media "online", bahkan di blog keroyokan, kisahmu kau lepas gratisan hanya berharap banyaknya "like".Aku dengar  juga  novelmu yang rela diterbitkan oleh  penerbit tidak jelas juga hanya pernah dikirim uang royalti 1,5 juta,  padahal kamu risetnya sampai ke rumah sakit jiwa selama 2 bulan segala. Sangat tidak adil. Kau tahu kenapa?"Pancing Novelo Lariso, sastrawan  produktif,  yang sudah lebih dahulu tenar  dengan karyanya saat masih belum era digital dan masyarakat kiss menghargai  buku fisik.
"Karena karyaku masih mentah,receh. Aku paham itu mas Novelo. Aku memang harus banyak belajar lagi. Gaya ceritaku tidak khas, masih pasaran." Nowan sang penulis muda yang pekerjaan tetapnya hanyalah supir motor "online " menatap nanar antara bahagia dan minder diajak bertemu si idola. Â Karya Novelo sudah dia baca sejak SMP yang membuatnya bermimpi suatu saat menjadi sastrawan terkenal.Â
"Bukan, Nowan, karyamu bermutu.  Satu cerpenmu dua tahun lalu yang menceritakan bayi 4 bulan meninggal terbekap payudara ibunya saat meneteki karena si ibu sibuk dengan tabletnya tanpa melihat posisi hidung dan mulut si anak tersumbat total dan tidak mampu memberi tanda bahaya,  itu berhasil membuat gerakan "Meneteki Tanpa Tablet" yang terkenal itu. " Sambung si  Sastrawan.Â
"Iya, sih. Kisah itu terinspirasi berita "hoax" tahun 2011, tentang anak bayi terbekap bantal karena ibunya sibuk main "black berry ". Tidak ada kebohongan dalam fiksi. Tetapi kalau itu dijadikan berita,  pasti "hoax " paling hina. Walau tujuannya baik. " Nowan menghela napas panjang  karena  cerpennya itu dilepas ke blog keroyokan yang gratis. Sialnya dia tetap tidak dikenal, blognya yang makin populer.
"Nah, begini saja. Jual karyamu yang bagus kepadaku.  Jual putus. Satu cerpen 1 juta  dan satu novel 10 juta.  Kalau karya itu "booming", ada bonus tetapi besarannya terserah Saya. Tenang saja, kamu bukan satu-satunya "ghost writer" di karyaku.  Ada belasan lainnya." Tuan Novelo berkata manis sekali.
Berpikir semenit, Nowan menyalami  sang Sastrawan idola. Dan mulai saat itu karya Nowan yang bermutu dan sarat inspirasi  ber"credit title" Novelo Lariso sementara tulisan receh, kenthir dan kampungan  tetap dia lepas cuma -cuma di blog keroyokan.Â