Mohon tunggu...
Posko106KKN75UINWS
Posko106KKN75UINWS Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa KKN

dikelola mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guyub-rukun Masyarakat Pedesaan Jawa Bantu Hadapi Dampak Sosial Pandemi

24 November 2020   21:50 Diperbarui: 24 November 2020   21:59 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kehidupan masyarakat pedesaan, sumber: Dikaseva, Unsplash

Pada dasarnya setiap komunitas masyarakat memiliki aturan yang telah disepakati sebagai petunjuk perilaku bersama, dalam bahasa yang lebih modern kita mengenal ini sebagai suatu bentuk kontrak sosial. Isi daripada kontrak sosial itu biasanya cenderung dipengaruhi oleh landasan filosofis karakter masyarakat dimana mereka tinggal. 

Akan berbeda misalnya antara aturan hidup orang Eropa dengan orang Asia, orang Amerika dengan orang Indonesia. Begitu pula beragam suku yang ada di Indonesia, mereka memiliki karakternya masing-masing yang mempengaruhi cara hidup mereka.

Salah satunya masyarakat Jawa, khususnya dalam linkungan pedesaan, dimana kehidupan sosial secara keseluruhan masih dijunjung tinggi nilai-nilai budaya yang telah lama diwariskan turun temurun. Karakter masyarakat Jawa yang cenderung penyabar, mawas diri, tepo seliro, membentuk aturan hidup mereka menjadi lekat dengan nilai kegotong royongan yang tinggi. Masyarkat Jawa biasa menyebut ini dengan istilah guyub rukun. 

Guyub artinya kebersamaan, sedangkan rukun memiliki arti keselarasan, tanpa pertikaian atau menghindari pertikaian. Pedoman kehidupan sosial masyarakat Jawa ini yang membawa mereka pada ketenangan dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Bahkan masalah perseorangan pun biasanya akan menggerakkan empati anggota masyarakat lain untuk membantu memberi penyelesaian.

Tak terkecuali persoalan sosial yang muncul pada saat pandemi seperti sekarang ini. Tidak dapat disangkal bahwa pandemi yang telah mewabah di Indonesia sejak awal tahun 2020 lalu tidak hanya membawa masalah kesehatan, tetapi juga mengakibatkan dampak negatif bagi perekonomian, akibat-akibat negatif itu juga dirasakan oleh masyarakat yang hidup di pedesaan. 

Meski demikian hiruk pikuk permasalahan pandemi yang banyak ditayangkan di banyak media massa, baik cetak maupun elektronik faktanya tidak begitu terasa pada lingkungan masyarakat pedesaan Jawa. Ini bukan karena mereka acuh tak acuh tapi lebih karena sistem nilai yang cenderung tata tentrem kerto raharjo telah lama melekat sebagai kebiasaan hidup masyarakat jawa, sehingga permasalahan dilihat dan diselesaikan melalui sikap dan cara yang tenang, sabra dan penuh perhatian.

Gotong royong masih dan semakin sterlihat dalam segala aktivitas sosial masyarakat saat pandemi. Sebagai contoh bantuan yang digelontorkan pemerintah dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup masyarakat saat pandemi. perihal ini, tidak semua warga mendapat bantuan sama, bahkan ada yang belakangan baru mendapat jatah bantuan. 

Padahal dampak pandemi tidak hanya dirasakan orang-orang tertentu saja, melainkan seluruh lapisan masyarakat dan dalam waktu yang sama. Dapat dibayangkan apabila kesulitan yang dirasakan semua orang namun hanya beberapa yang hanya mendapatkan jatah bantuan, akan beresiko pada pecahnya kerukunan masyarakat, tendensius akan muncul. Namun hal ini tidak terjadi di masyarakat pedesaan, sebagai contoh adalah Desa Warungpring Kabupaten Pemalang.

Di desa ini, tidak semua mendapat bantuan pemerintah, baik yang berupa sembako maupun dalam bentuk uang tunai, atau setidaknya ada beberapa warga yang mendapat bantuan di kemudian hari. Salah satu alasannya karena jumlah penduduk di desa ini lebih banyak daripada desa lain yang memang bantuan tersebar rata. 

Tepatnya di Dusun Pamulian, warga yang mendapat bantuan berupa uang tunai secara ikhlas dan sukarela menyisihkan sebagian dana bantuan yang mereka dapat untuk dikumpulkan dan dibagikan secara merata kepada anggota masyarakat lain yang belum mendapat bantuan sama sekali. Bahkan ada beberapa warga yang bersedia membagi beras bantuan pemerintah kepada yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun