Mohon tunggu...
Posko106KKN75UINWS
Posko106KKN75UINWS Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa KKN

dikelola mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minat Baca Anak Daerah Tidak Rendah

24 November 2020   18:16 Diperbarui: 24 November 2020   18:24 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membaca merupakan salah satu aktivitas yang termasuk dalam kemampuan dasar literasi selain menulis dan berfikir kritis. Dari ketiga kemampuan itu, membaca merupakan langkah awal yang menjadi dasar pijakan bagi tumbuh dan berkembangnya budaya literasi masyarakat. Dengan kata lain, kita sama sekali tidak akan hidup dalam budaya literasi yang baik tanpa terlebih dahulu akrab dengan aktivitas membaca. Maka sekarang yang menjadi prasyarat adalah budaya baca yang erat kaitannya dengan minat baca.

Dikutip dari tulisan Encang Saepudin berjudul "Tingakat Budaya Baca Masyarakat" dalam Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan, Budaya baca seseorang adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan.

 Seorang yang mempunyai budaya baca adalah mereka yang telah terbiasa dan berproses dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca. Sedangkan minat baca adalah kecenderungan hati yang tinggi pada seseorang terhadap sumber bacaan tertentu. Minat baca ditunjukan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca.

Adapun yang berpengaruh terhadap minat baca ini salah satunya adalah fasilitas penunjang, seperti akses terhadap buku-buku, maupun perpustakaan. Apabila minat baca yang tinggi tidak ditopang dengan fasilitas pendukung yang memadai maka budaya baca tidak akan terbentuk. Padahal budaya baca itulah yang akan membentuk iklim literasi.

 Ini penting menjadi perhatian, sebab keinginan membaca yang tidak terfasilitasi dengan baik dalam waktu yang lama akan menghilangkan minat baca itu sendiri. Dan seandainya minat baca menurun bahkan hilang, budaya baca tidak akan terbentuk, konsep literasi tidak akan tercapai, dan generasi yang berpengetahuan serta kritis juga tidak akan ada.

Lalu bagaimana dengan minat baca masyarakat kita?, berdasarkan data Most Littered Nation In the World, studi untuk mencari tahu seberapa tinggi minat baca negara-negara di dunia yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (CCSU) pada Maret 2016 lalu, memang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (urutan 59) dan di atas Botswana (61). 

Tapi apakah data itu benar-benar dapat dipedomani?, Menurut informasi pada situs web CCSU, diketahui bahwa ada beberapa kriteria yang mereka pakai untuk mencari tahu seberapa tinggi atau rendahnya tingkat minat membaca negara-negara di dunia, di antaranya adalah ketersediaan dan jumlah pengunjung perpustakaan, peredaran surat kabar, pemerataan pendidikan, dan ketersediaan komputer (ruangguru.com).

Survei tersebut tidak serta merta menjadi nilai acuan mutlak bagi minat baca masyarakat Indonesia. Nyatanya CCSU tidak memperhatikan sama sekali bagaimana kondisi khusus pada masing-masing negara, misalnya adalah pemerataan akses bahan bacaan. Khususnya di daerah, masih banyak perpustakaan baik yang dimiliki oleh sekolah-sekolah maupun pemerintah daerah yang tidak memiliki koleksi buku lengkap, bahkan sarana penunjang perpustakaan. 

Perpustakaan dengan fasilitas terbaik hanya dapat dijumpai di perkotaan. Sebagai contoh 7 perpustakaan dengan koleksi lengkap di Indonesia hanya terdapat di wilayah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Pekan Baru (swara.tunaiku.com). Bahkan artikel lain memaparkan perpustakaan dengan kualitas memadai yang semuanya berada di Jakarta (gramedia.com).

Artinya, bahwa aktivitas membaca buku yang sedikit lebih disebabkan karena kemudahan akses terhadap buku-buku bacaan memang belum merata di Indonesia. Keadaan ini tidak lantas menjadi justifikasi bahwa minat baca rendah. Faktanya di daerah, minat baca masih tinggi. Ini ditunjukkan dengan antusias mereka terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan buku. 

Misalnya adalah acara-acara yang diselenggarakan berbagai komunitas membaca, bazar buku, maupun rumah baca yang belakangan banyak terbentuk di daerah. Termasuk di dalamnya antusias masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan membaca yang biasanya diselenggarakan oleh beberapa mahasiswa yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN). Bahkan anak dan remaja usia sekolah sudah mulai memiliki inisiatif untuk membentuk kelompok belajar yang di dalamnya terdapat aktivitas membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun