Mohon tunggu...
Johnson K.S. Dongoran
Johnson K.S. Dongoran Mohon Tunggu... -

Lahir dalam keluarga Kristen dari suku Batak di Tapanuli Selatan Sumatera Utara, masih muda merantau di Pulau Jawa. menikah dengan gadis Bali dan dikaruniai tiga orang anak. Kini bekerja sebagai dosen di UKSW dan tinggal di kota Salatiga. Prinsip hidup pribadi: Setiap hari ergaul akrab denan Tuhan; menambah dan memperkental persahabatan dengan sesama; menambah ilmu dan keterampilan; menghasilkan sesuatu yang berguna bagi banyak orang; berkeringat; bekerja berdasarkan prioritas.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Merajut Simpul Hidup dalam Tantangan Kehidupan Bagi Yang Terpilih

18 Maret 2016   23:12 Diperbarui: 18 Maret 2016   23:24 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bacaan: Roma 8: 17. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Ada dua hal yang dipesankan firman ini bagi kita. Pertama, menjadi anak-anak Tuhan. Kedua, menderita bersama Kristus agar dimuliakan bersama-sama dengan Dia. Untuk hal yang pertama, Kitab Roma 8 menyebut bahwa untuk menjadi anak-anak Tuhan adalah pekerjaan Roh Kudus, karya Tuhan sendiri dalam hidup setiap orang percya, bukan upaya atau kehendak manusia. Firman Tuhan dalam Roma 8: 14, 15b dan 16 berkata: Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (ay 14).  …, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa” (ay 15b). Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (ay 16). Menjadi anak Allah adalah menjadi The chosen oneatau yang terpilih sebagaimana tema kegiatan hari ini.

Hal ke dua, yaitu menderita bersama Kristus, diuraikan sebagai bagian dari per-jalanan hidup kita. Kalau perjalanan hidup dapat digambarkan sebagai seutas tali yang panjang, maka mendapat gelar sarjana merupakan satu simpul dalam seutas tali tersebut. Simpul ini bagi sejumlah orang adalah simpul yang membanggakan, simpul yang sangat diharapkan, simpul yang banyak disyukuri. Simpul lain sudah dibuat dan dilewati seperti kelahiran, meski yang banyak berperan dalam merajut simpul tersebut adalah orang tua kita, menamatkan sekolah dasar dan sekolah menengah melalui peran guru dan orang tua serta peran kita sendiri, namun belum begitu banyak upaya dicurah-kan dalam mewujudkannya seperti mewujudkan simpul kesarjanaan.

Ketika selesai mengukir satu simpul baru dalam kehidupan, seperti selesai studi sarjana, orang percaya mengakui hal itu sebagai anugerah Tuhan, bukan hanya karena kemampuan pribadi sendiri, sehingga perlu bersyukur atas capaian tersebut. Lebih lanjut, setiap orang perlu merencanakan masa depannya, yang dalam bahasa ilmiahnya disebut mile-stone untuk memutuskan ke mana arah lebih lanjut dari perjalanan hidup kita.

Pilihan positif yang ada di depan kita setelah lulus sarjana (S1) ada tiga: Pertama, melanjutkan studi ke S2, memperlengkapi diri agar lebih matang untuk masuk dunia kerja nantinya. Pilihan ini bagus karena ketika masih muda ada tenaga dan semangat yang kuat untuk menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan menyongsong masa depan penuh tantangan namun diyakini cemerlang. Ke dua, bekerja di perusahaan orang lain, termasuk di perusahaan keluarga. Ini juga bagus untuk menambah wawasan dan keterampilan di samping yang sudah dipelajari di bangku kuliah. Pengalaman bekerja bersama orang lain yang sudah berpengalaman membantu kita lebih cepat menyerap dan mentransfer praktek ilmu di dunia kerja untuk kebutuhan selanjutnya. Pilihan ke tiga adalah mendirikan usaha sendiri. Ini juga bagus, yang penting direncanakan dengan baik dan matang agar usaha dapat berjalan lancar tidak terseok-seok. Usaha yang diurus dengan benar dalam tiga hingga lima tahun sudah kelihatan hasilnya.

Memilih dari berbagai kemungkinan positif tersebut bagi sejumlah orang adalah sulit, tetapi bagi anak-anak Tuhan, yang menyerahkan hidupnya dalam bimbingan Tuhan, yang membuat skenario hidupnya dan merencanakan hidupnya berada dalam bingkai rencana Ilahi, hal itu tidaklah sulit. Anak-anak Tuhan mendapat jaminan penyertaan Tuhan dalam membuat rencana hidup dan menjalani rencana tersebut.

Firman ini berbicara tentang menderita bersama Kristus agar dimuliakan bersama Dia. Hidup ini penuh tantangan, tidak ada janji akan hidup yang mulus tanpa tantangan. Janji yang ada adalah penyertaan Tuhan dalam menghadapi tantangan hidup (Matius 28: 20). Menurut Stolz (2002) ada tiga tipe manusia bila didasarkan pada kemampuannya keluar dari tantangan hidup atau adversity quetion, yaitu: Pertama, quitter, yaitu orang yang memilih untuk menyerah dan mengalah serta keluar atau menjauhi tantangan hidup. Ke dua, camper yaitu orang yang puas setelah menyelesaikan suatu tantangan hidup, memilih untuk berkemah setelah berhasil menyelesaikan sesuatu. Setelah dapat gelar sarjana memilih untuk bersantai dan berkemah. Hal ini dapat disamakan dengan pri-bahasa Jawa “Nrimo ing pandum”. Ke tiga, climber yaitu orang yang setelah me-nyelesaikan sesuatu tugas, terus mencari tugas baru yang lebih menantang dan lebih sulit namun lebih memberi makna dalam kehidupan. Terus mendaki gunung yang lebih tinggi setelah sampai di puncak gunung yang satu, demikian seterusnya.

Dari gambaran ini, anak-anak Tuhan dapat dikategorikan pada tipe ke tiga yaitu climber karena memiliki rasa syukur atas setiap capaian hidup betapa sederhananya pun capaian tersebut, dan pada saat yang sama memiliki keyakinan memperoleh penyertaan Tuhan dalam menjalani kehidupan meski penuh tantangan dan rintangan. Anak-anak Tuhan selalu dapat keluar dari aneka pergumulan hidup, bahkan ketika harus menderita karena mengikut Tuhan Yesus Kristus. Misalnya, terhambat karir karena menganut agama minoritas, mendapat perlakuan diskriminatif karena berasal dari ethnis berbeda dengan pemilik perusahaan di mana kita bekerja, danlain sebagainya. Mengapa anak-anak Tuhan bisa seperti itu? Karena janji Tuhan dalam Amsal 16: 3 yang mengatakan: “Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu”. Janji ini pasti digenapi dalam hidupmu jika engkau anak-anak Tuhan.

Bagi adik-adik kami yang baru lulus, percayalah bahwa Tuhan akan menyertai dalam setiap pergumulan hidupmu, dan akan memberi solusi yang terbaik bagimu atas setiap pergumulan hidupmu. Jaga hati karena dari sana terpancar kehidupan, dan hati yang gembira adalah obat manjur atas segala pergumulanmu (Amsal 4: 4; 17: 22a), serahkan diri sepenuhnya pada bimbingan Tuhan (Amsal 16:3), andalkan Tuhan dalam hidupmu agar hidupmu “seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yeremia 17:7–8), serta buat skenario hidupmu di dalam bingkai rencana Ilahi agar Tuhan senantiasa menuntun dan memberkati usaha dan hidupmu. Selamat menjalani hidup yang penuh arti di sepanjang tahun-tahun yang Tuhan berikan kepadamu. Amen

Salatiga, 17 Maret 2015  | Johnson Dongoran

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun