Apa itu arsitektur merupakan pertanyaan sederhana yang ternyata sulit untuk dijawab, dan juga sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ini seperti kalau kita jalan-jalan menyusuri gedung-gedung megah di sepanjang Jalan Thamrin, lalu istirahat di kawasan kota tua, Jakarta. Rasanya terlalu banyak kata untuk mengungkapkan definisi dari arsitektur.
Bila kita tengok di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan arsitektur terbagi dalam dua makna: 1) seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan; 2) metode dan gaya rancangan suatu konstruksi.
Le Corbusier, salah satu tokoh terkemuka di dalam arsitektur moderen, saat berpidato dalam suatu peringatan di Acropolis, Yunani, kebingungan dalam mendefinisikan kata arsitektur. Menurutnya arsitektur itu adalah "Suatu karya yang baik mampu menyentuh hati saya begitu saja, sehingga saya sangat senang, dan berkata, 'Ini sangat cantik. "
Arsitektur bukanlah sekedar membuat bangunan. Ia adalah sebuah gagasan yang besar dan mendalam. Namun ia juga pernyataan kekaguman yang tidak terbatas, yang diungkapkan orang dengan kata-kata yang berbeda-beda. Inilah yang membedakan arsitektur dengan bangunan. Ucapan dari seorang sejarawan terkenal meggambarkan itu. Ia berkata “sebuah bangsal adalah sebuah bangunan, namun Katedral Lincoln adalah Arsitektur.”
Di sisi lain, arsitektur juga adalah pengejawantahan dari budaya dan bahkan peradaban. Ia mampu menyerap dan meneruskan nilai spiritual dan kebenaran yang mendalam. Dengan demikian sebuah karya arsitektur bukanlah sekedar sebuah bangunan yang memiliki manfaat. Ia adalah sebuah struktur yang menjelma menjadi obyek-obyek monumental dengan keindahan komposisi yang menakjubkan.
Tengoklah karya-karya arsitektur besar dunia - dari Pantheon yang elegan di Roma sampai Kapel di Ronchamp, dan dari Pompidou Centre di Paris yang bercorak avant-garde sampai bangunan surealistis Gereja Expiatory Sagrada Familia di Barcelona, Candi Borobudur di Indonesia - semuanya, sungguh mencengangkan. Amat variatif.
Monumen-monumen agung itu dalam hal gaya, fungsi, atau kerangka memang tidak memiliki kesamaan. Namun, dalam soal pemanfaatan dan permainan ruang semuanya imajinatif dan berdaya cipta. Sebuah komposisi yang menakjubkan.
Mudah-mudahan di masa yang akan datang bakal memberikan perhatian besar pada peran sosiobudaya dari arsitektur. Sebab arsitektur memiliki kekuatan untuk mengubah, memeriahkan, dan memperkaya masyarakat.
Pembangunan Berbasis Budaya
Ketika kita berbicara pembangunan pasti kebanyakan orang yang terpikir adalah ekonomi, pembangunan infrastuktur, lapangan kerja, laju pertumbuhan ekonomi, dsb. Tapi Pembangunan berbasis budaya, kebanyakan orang mencibir, atau tertawa mugkin. Ini cerminan bahwa budaya dan pemajuan kebudayaan bukan prioritas. Dan di dalam masyarakat kapitalistik seperti ini, ukuran kemajuan, kesuksesan adalah ekonomi, budaya ada di nomor terakhir.
Namun bila ingin membangun manusia yang beradab, berpikiran terbuka, inovatif dan kreatif maka pemajuan budayalah yang mesti dikedepankan di dalam pembangunan. Namun pemajuan bukan cuma melestarikan warisan budaya, namun juga penyerapan budaya luar atau asing yang dapat memperkaya dan memajukan budaya, serta membuat produk-produk baru budaya yang kreatif dan inovatif
Nenek moyang/leluhur bangsa Indonesia telah membuktikan dan menunjukkan itu, yaitu dengan cerdas dan bijaksana dan berpikiran terbuka dalam menyerap budaya-budaya luar atau asing (seperti dari Asia, Timur tengah dan Eropa atau barat.). Generasi elit sekarang ini harus menyadari dan memahami ini.