Mohon tunggu...
Mohamad Irvan Irfan
Mohamad Irvan Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Aktifis Sosial

Sedang belajar jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bebas dari Peraturan-Peraturan yang Mengekang, Daya Tarik Anarkisme bagi Kaum Muda

17 Mei 2019   00:10 Diperbarui: 11 Desember 2019   23:01 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok  massa berbaju hitam-hitam yang membuat kericuhan dan aksi vandalisme saat aksi May Day di Kota Bandung, menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian adalah kelompok Anarcho-syndicalism. Ada dua pernyataan penting yang disampaikan oleh Pak Kalpolri, yaitu:  Kelompok ini sebagai fenomena di kalangan pekerja di Indonesia, fenomena tersebut bukan fenomena lokal, tapi fenomena internasional, di Indonesia muncul beberapa tahun belakangan ini. Juga fakta bahwa sebagian besar massa tersebut adalah anak-anak ABG, anak-anak SMP dan SMA, anak-anak muda remaja belia

Pertama-tama perlu kita pahami bahwa Anarcho-Syndicalism adalah salah satu dari varian gerakan dan pemikiiran dari Anarkisme. Pandangan ajaran anarkisme memiliki banyak varian dan juga variasi pemikirannya, juga pemikirnya. Anarkisme telah memiliki sejarah yang sangat panjang, telah eksis berabad-abad dengan pasang surutnya. Demiikian pula di Indonesia, anarkisme dan varian-varian  gerakannya sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia. Lalu surut setelah kemerdekaan, muncul kembali pada tahun 1990-an. Dan internet turut andil dalam penyebaran gagasan-gagasan dan lahirnya bibit-bibit gerakan anarkisme di Indonesia, seperti anarko-syndikalism di kalangan pekerja, anarko ressurection, dan anarko-counterculture (misalnya komunitas Punk, yang banyak diikuti oleh anak-anak muda). Banyak menarik anak-anak muda karena esensi dari Anarkisme adalah menentang segala otoritas (baik itu otoritas negara baik sipil maupun militer karena negara selalu  menindas, membelenggu dan mengekang kebebasan dan egalitarian. Dan tak semua anarkisme mengusung kekerasan sebagai cara atau strategi perjuangannya, ada varian dari gerakan anarkisme yang lebih memilih non violence sebagai strateginya (misalnya dengan cara pembangkangan sipil), misalnya gerakan anarko-pasifisme, Anarko Religious, green anarchism, dan sebagainya. Dengan demikian kita harus mulai dari apa itu Anarkisme?

Ketika orang-orang mendengar kata "anarchy," kebanyakan yang ada di benak mereka adalah chaos. Tergambar dalam pikiran mereka geng-geng yang berkelahi di jalan-jalan, penjarahan dan kerusuhan, tanpa polisi yang membantu mengakhiri kegilaan tersebut. Sulit bagi orang-orang menyaksikan atau mendengar seseorang atau sekelompok orang mengumumkan mereka sebagai seorang "anarkis." Lagipula, kebanyakan berita mengenai anarkis di media nasional maupun internasional berfokus kepada aksi demonstrasi-demonstrasi yang diringi dengan kekerasan.

Namun mungkin orang akan terkejut jika mengenal lebih jauh.Di sini saya bukan sedang mempromosikan pemikiran-pemikiran anarkisme, tapi agar publik mengetahui garis besar gagasan-gagasan dari para pemikir dan teoritisi Anarkisme dan anarko sindikalisme. Dan saya lebih suka cara-cara dialogis di dalam menangani suatu suatu kelompok penganut gagasan,pemikiran, ajaran, bukan dengan cara koersif dan represif.

Sejarah Pemikiran Anarkisme

Meskipun gagasan-gagasan, pemikiran-pemikiran, dan teori-teori Anarkis telah ada sejak jaman kuno seperti di Tiongkok kuno, ada Lao-Tse (The Course and The Right Way),  dan juga filsuf-filsuf yunani kuno seperti para penganut pemikiran hedonis dan Sinis yang menggaungkan Natural.  Right. Di abad pertengahan ada Peter Chelcicky dan Rabelais yang menyebarkan pandangan akan kehiidupaan yang bebas dari kekangan-kekangan otoritas. 

Antara abad ke 18 dan 19 ada William Godwin asal Inggris punya pandangan bahwa manusia hanya bisa hidup alamiah dan bebas saat syarat-syarat ekonomi yang layak untuk hal tersebut sudah siap, dan orang tak lagi menjadi subyek untuk mengeksploitasi orang lain. Ia juga mengumandangkan kepemilikan sosial atas tanah dan alat-alat kerja, dan kehidupan ekonomi dijalankan oleh koperasi-koperasi produsen yang bebas, independen.  Juga ada Charles Fourier, asal Perancis,  salah satu pionir gagasan-gagasan libertarian. Fourrier bahwa perhatian dan kerja sama adalah kunci dari keberhasilan sosial. Ia percaya bahwa suatu masyarakat yang bekerja sama akan melihar sebuah peningkatan yang besar sekali  di dalam tingkat produktifitas mereka. Fourier mengkategorikan kemiskinan sebagai penyebab utama ketidaktertiban di dalam masyarakat, dan dia mengusulkan untuk menghapusnya dengan upah yang cukup tinggi dan dengan  "upah minimum" bagi mereka yang sudah tak sanggup bekerja.

Adalah Josep Proudhon, asal perancis, yang hidup pada abad ke 19, yang memberikan pengaruh yang sangat besar bagi berkembang pesatnya gagasan-gagasan dan pemikiran Anarkis, dan juga salah seorang  peletak dasar sosialisme moderen. Proudhon bukanlah seorang komunis. Ia mengutuk kepemilikan sebagai hak istimewa untuk eksploitasi, namun dia menerima gagasan kepemilikan sosial atas alat-alat kerja. Ia ingin masyarakat menjadi sebuah liga dari komunitas-komunitas bebas yang mengatur urusan mereka menurut kebutuhan, baik itu oleh mereka sendiri maupun di dalam asosisasi dengan yang lainnya, dan di dalamnya kebebasan seseorang adalah sama dengan kebebasan yang dimiliki orang  lain. Individu yang lebih bebas, lebih independen, dan giat berusaha akan menciptakan masyarakat yang lebih baik.

 Michael A. Bakunin, asal Rusia, hidup di abad ke 19, adalah tokoh Anarkis yang membuat pemikiran-pemikiran Proudhon menjadi revolusioner. . Misalnya ia mengumandangkan kepemilikan kolektif atas tanah dan alat-alat produksi. Namun ia menolak disebut Komunis. Ia menentang komunisme, karena komunisme menyatukan semua kekuatan masyarakat ke dalam negara dan terserap ke dalamnya, juga karena ia mengakibatkan konsentrasi semua kepemilikan di tangan negara. Sementara itu Bakunin ingin menghapus semua kekuasan politik dan eksploitasi ekonomi, dan menggantinya dengan federasi asosiasi-asosiasi independen produsen dan konsumen untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Hanya revolusi sosial berskala internasional yang bisa mengubahnya. karena kelas penguasa buta dan tuli terhadap semua kemungkinan perbaikan-perbaikan sosial.

Kemudian ada Peter Kropotkin, yang hidup pada paruh akhir abad 19 sampai paruh awal abad ke 20. Berbeda dengan konsep mutualisme nya Proudhon, dan kolektivisme nya Bakunin, Kropotkin mengumandangkan kepemilikan bersama bukan hanya alat-alat produksi tapi juga hasil dari kerjanya.

Tokoh-tokoh di atas adalah tokoh-tokoh besar, tokoh-tokoh klasik, peletak dasar-dasar Anarkisme. Setelah itu bermunculan banyak varian-varian dari anarkisme beserta tokoh-tokoh besarnya. Sebut saja Green Anarchism dengan tokoh besarnya Henry David Thoreau dan Murray Bookchin. Anarcho Feminism dengan tokoh besarnya yaitu Emma Goldman, Lucy Parsons, dan Volterine de Cleyre.  Anarcho Pacifism, terinspirasi dari Leo Tolstoy, Gandhi, dan David Thoreoau. Mereka mengumandangkan anti violence dalam mencapai tujuan. Kemudian ada juga Religious Anarchism. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun