Mohon tunggu...
Popy Inaku
Popy Inaku Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Nggak Mondok Nggak Keren"

21 Oktober 2018   20:15 Diperbarui: 21 Oktober 2018   20:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehidupan dipondok itu lebih banyak susahnya atau senangnya sih? 

Hari pertama aku masuk di pondok pesantren banyak berlinang air mata karena itu pertama jauh dari orang tua, apalagi orang tuaku harus berpisah. Hati selalu ikhlas dengan semua yang telah terjadi.

Saat ibu selesai mengatur dan membersihkan kamar untukku pada hari itu juga ibu pulang rumah, ingin rasanya aku menahannya tapi itu tidak bisa kulihatkan padanya dalam hati kecil berkata aku harus hidup mandiri saat ini tanpa harus ada orang tua.

Ketika semua orang terlelap tidurnya aku menangis dikeheningan itu akan kejadian-kejadian yang menimpa kedua orang tuaku sampai pisah, dengan mengingat kembali semua itu pasti allah memberi jalan lain untuk keluargaku ini. Kok malah curhat sihh? Hehe dikit aja.

Kalau difikir fikir aku itu anak manja yah, semua harus ibu ibu ibu dan ibu yang nyiapin semua pergi sekolah baju ibu yang siapin, makan sampai harus disuap apalagi yang harus dan wajib itu minum susu. Kata ibu agar sehat terus dan bisa sekolah baik-baik terus bahagiain ibu.

Semua beda dengan dipondok. Tanpa ibu aku harus apa? Bangun, sholat shubuh Jam 03:00. sebelum itu sholat tahajjud lah terus sampai jam 06:00 di mesjid ngaji dan sholawatan. Selesai itu mandi dan pergi sekolah, mandi pakai antrian lagi terus yang antrian ratusan santri kamar mandi yang ada hanya 15. Sampai-sampai ada yang nggak mandi takut telat, katanya apel jam 07:00 .

Pernah suatu hari aku dan semua teman sekelasku ikut praktikum Geografi yaitu mencari bebatuan. Terus nggak sengaja aku melihat teman-teman sedang foto bersama dan aku langsung ikutan tanpa disadari disebelahku ada seorang lelaki yang ikut foto juga. Setelah pulang pondok sholat dzuhur kami berkumpul di mesjid dan nggak tau kenapa ustad marah-marah aku jadi takut. Nah terus disuruh berdiri aku sama teman-teman yang foto tadi bersama cowok sekalian juga sama cowok itu. Kata ustad " kalian berlima tulis Qur'an 5 juz selama 3 hari, ingat 3 hari sudah selesai dan kalian saya skorsing, nulis Qur'annya di dalam mesjid, karena kalian melanggar aturan pondok", ada yang di suruh lari keliling mesjid 100x karena nggak sholat sunnah.

Rasanya hati ini ingin menangis foto sama cowok begitu saja sudah di suruh nulis Qur'an sebanyak itu? Itulah anak santri, akhirnya kami menyelesaikan semua itu dengan tepat waktu. Kami di Didik dengan pedoman alqur'an dan sunnah. Sehingga kami bisa jadi Santri-santri yang berguna dengan menerapkan isi dalam alqur'an.

Kata ustad ada dua manfaat jadi anak santri menjadi pelari yang handal dan menjadi penulis yang berbakat. Hehe,,

Alhamdulillah jadi anak santri saya tahu banyak tentang Alqur'an dan sunnah rasul yang harus kita taati. Banyak motivasi hidup dalam pondok, dan sekarang saya bukan lagi anak manja ibu dan ayah tapi insya allah anak sholehah buat mereka walaupun mereka sudah tidak bersama lagi. Bagiku mereka adalah jantung hati buatku untuk terus melanjutkan hidup ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun