Mohon tunggu...
Ponisah permata sari
Ponisah permata sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Zu

Andam Karam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja

3 April 2022   20:56 Diperbarui: 3 April 2022   21:00 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Senja tidak lagi mendapat ranking. Mereka semua terlalu pintar dan Senja tidak bisa mengalahkannya. Padahal nilai kami hanya berbeda lima point." Gadis itu mencebik memanyunkan kedua bibir manisnya yang hampir ranum. Raut kecewa dan sedih memenuhi wajahnya. 

Supardi menarik putri kecilnya duduk bersama. Menepuk lembut pundaknya dan membawa dalam gerakan ayun kiri dan kanan. 

"Tidak apa. Adek bisa mengejarnya di semester depan," ucapnya menenangkan. Anggukan Senja membawanya bergegas masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Supardi dengan senyum yang tak bisa lepas dari bibirnya. 

"Ayah!" panggilan itu kembali membuat Supardi menoleh. Mencari di balik tembok, tidak ada siapa. Menatap pada ujung jalan, tidak ada siapa. Dia melangkahkan kakinnya. Dari mana asal suara itu? 

"Ayah!" Tepukan di pundaknya membuat langkahnya terhenti. 

"Sudah hampir gelap, mari kita masuk," ucap wanita di depannya. Supardi menatap lekat wajah itu. 

"Bukan kau. Kau bukan Senja!" ucapnya menarik diri. 

"Ia, ini Rani, bukan Senja. Sekarang kita masuk, ya, sudah maghrib." Wanita itu berusaha mendekat dan maraih tangannya. Supardi menarik kasar dan menyembunyikan kedua tangannya. 

"Aku tidak mau. Aku akan menunggu Senja, dia bilang akan datang sore ini." Wanita dihadapannya tidak bisa berkata. Dia hanya menatap sendu. 

Pria tua yang dia panggil Ayah, sehari pun tidak pernah melewatkan senja. Bahkan hingga malam memeluk hari, dia masih setia duduk di luar. 

"Halo, Pak. Senja pulang hari ini, sore nanti akan sampai. Bapak tunggu ya!" Suara penuh semangat itu yang tidak pernah sirna dari ingatannya. Dia mengingat kata demi kata bahkan nadanya. Tapi, dia lupa akan waktunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun