Mohon tunggu...
Komang Sumertawan
Komang Sumertawan Mohon Tunggu... Dokter - Tentang Saya

Orang Bali yang merantau ke Bali, senang dengan berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan, saat ini berprofesi sebagai dokter Ayurveda, mencari rejeki di Ubud; senang dengan segala hal yang berkaitan dengan komputer dan teknologinya walaupun saat ini tidak begitu aktif karena padatnya aktivitas pekerjaan; senang dengan aktifitas dengan kamera, walaupun kameranya jarang dipakai.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Orang Indonesia di Luar Negeri

21 November 2019   16:00 Diperbarui: 21 November 2019   16:16 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memegang siku ketika memberikan sesuatu dan menerima sesuatu
Kalau etika yang ini saya pelajari dari sesepuh-sesepuh pura di kampung maupun dari orang tua ketika ada upacara keagamaan di rumah. Jadi sering saya perhatikan para sesepuh jika memberikan sesuatu kepada sesama sesepuh lainnya maka akan menggunakan kedua tangan, dengan posisi tangan kanan memegang siku tangan kiri.

Prinsipnya adalah ketika memberikan sesuatu kepada orang yang dihormati atau orang yang lebih tua, maka wajib menggunakan cara ini, yaitu tangan memegang benda yang akan diberikan dan tangan kiri memegang siku tangan kanan.

Karena ketika di kampung sudah terbiasa melakukan hal itu, maka ketika saya memberikan sesuatu kepada dosen di sini saya melakukan dengan cara yang sama.

Pernah suatu ketika salah satu dosen bertanya mengapa saya menggunakan cara tersebut saat memberikan pena kepadanya. Karena ditanya, maka saya jelaskan alasannya. Alasan yang saya katakan pada waktu itu adalah bahwa cara itu adalah salah satu tata krama orang Indonesia ketika memberikan sesuatu kepada orang yang dihormati, orang yang lebih tua dan orang yang belum dikenal sebagai bentuk rasa hormat.

Akhirnya karena beliau meminjam pena kepada saya, setengah dari jam pelajaran diisi dengan cerita beliau tentang tata krama di Indonesia dan di India.

Mengucapkan salam saat berpapasan dengan orang lain
Kalau hal ini sudah lumrah sebenarnya ya. Jadi sudah umum bagi kita semua mengucapkan salam ketika berpapasan dengan orang yang kita kenal baik itu teman, atasan, dosen, guru, ataupun orang yang dihormati lainnya.

Saya rasa kita semua diajarkan hal ini oleh orang tua di rumah. Hanya masalahnya adalah, kita melaksanakannya atau tidak. Saya amati orang-orang India juga melakukan hal yang sama. Jadi sudah merupakan tata krama yang wajib bagi semua orang.

Sayapun menerapkan hal ini kepada semua orag-orang yang saya kenal ketika berpapasan di jalan. Bagaimana dengan orang yang tidak saya kenal? Hanya terkadang saja saya lakukan. Saya harus mengamati dulu orang yang belum saya kenal sebelum mengucapkan salam.

Mengapa?

Karna banyak sekali pengalaman saya ketika saya mengucapkan salam keapda orang yang tidak saya kenal atau baru saja saya kenal yang bersangkutan tidak membalas salam saya. Bahkan tersenyum saja tidak. Jadi pada situasi seperti ini kadang membuat saya salah tingkah. Jadi perlu juga memilah-milah orang yang perlu diberi salam.

Ada satu lagi tata krama yang diajarkan kepada saya namun tidak saya terapkan di sini, yaitu menunjuk dengan jempol. Ini adalah cara menunjuk yang sopan menurut budaya Jawa dan Bali. Saya tidak melakukan ini karena saat menunjukkan sesuatu saya menggunakan semua jari. Menunjuk dengan semua jari adalah tata krama menunjuk yang sopan versi India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun