Mohon tunggu...
Komang Sumertawan
Komang Sumertawan Mohon Tunggu... Dokter - Tentang Saya

Orang Bali yang merantau ke Bali, senang dengan berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan, saat ini berprofesi sebagai dokter Ayurveda, mencari rejeki di Ubud; senang dengan segala hal yang berkaitan dengan komputer dan teknologinya walaupun saat ini tidak begitu aktif karena padatnya aktivitas pekerjaan; senang dengan aktifitas dengan kamera, walaupun kameranya jarang dipakai.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kiat-kiat Mempertahankan dan Memupuk Semangat Belajar Siswa Sekolah Dasar

12 Oktober 2017   18:56 Diperbarui: 12 Oktober 2017   19:02 2659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: mediaharapan.com

Tinggal kelas dan putus sekolah sebagai permasalahan

Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan setelah taman kanak-kanak merupakan sarana untuk menindaklanjuti semangat belajar yang tumbuh dalam diri siswa saat mereka masih berada di taman kanak-kanak.

Oleh karena itu semangat ini harus dipertahankan dan dipupuk dengan baik agar semangat belajar ini terus berkembang sehingga siswa mampu menyelesaikan pendidikan setinggi-tingginya dan kelak menjadi sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi dan mampu bersaing secara global. Jika semangat belajar ini tidak terawat dengan baik, maka berpotensi adanya masalah seperti siswa yang tinggal kelas dan putus sekolah.

Tinggal kelas dan putus sekolah adalah sebuah permasalahan bersama baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah, orangtua siswa dan siswa pada khususnya. Dengan adanya siswa yang putus sekolah maka akan memberikan dampak langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak terkait ini. Oleh karena itu semua pihak pihak harus tahu dan sadar akan peran masing-masing terhadap keberhasilan belajar siswa sekolah dasar.

Penyebab tinggal kelas dan putus sekolah

Tinggal kelas dan putus sekolah disebabkan oleh banyak hal. Beberapa hal yang menyebabkan siswa mengalami tinggal kelas dan putus sekolah secara garis besar adalah:

  • Terbatasnya kreatifitas guru dalam mengajar.
  • Suasana belajar mengajar yang tidak kondusif.
  • Penggunaan gadget yang belebihan.
  • Permasalahan keluarga, misalnya perceraian orangtua, kurang perhatian dari orangtua.
  • Kurangnya perhatian sekolah terhadap siswa.
  • Manajemen waktu belajar yang tidak optimal.

Bagaimana mengatasi permasalahan ini?

Dengan mengetahui penyebab suatu permasalah tentu akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan tersebut. Demikian juga dengan permasalahan siswa tinggal kelas dan putus sekolah. Setelah mengetahui sebab-sebab di atas, maka timbul pertanyaan strategi apa yang harus dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi siswa tinggal kelas dan putus sekolah?

Jika kita lihat penyebabnya satu persatu maka masing-masing poin memiliki metode penyelesaian tersendiri. Oleh karena itu mari kita lihat satu-persatu strategi mencegah dan menanggulangi permasalahan siswa tinggal kelas dan putus sekolah.

Guru harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam mengajar

Kreatif dalam mengajar sangat perlu dimiliki oleh seorang guru. Tujuannya adalah untuk membuat siswa tidak bosan dengan suasana kelas yang monoton. Suasana belajar mengajar yang bervariasi akan membuat siswa selalu segar, penasaran dengan kelas-kelas selanjutnya dan siap menerima pelajaran dengan senang hati. Bentuk kreatifitas yang bisa dilakukan misalnya dengan selalu membawa contoh-contoh benda yang berkaitan dengan topik yang sedang diajarkan.

Ciptakan suasana belajar yang kondusif

Poin ini masih berkaitan dengan kreatifitas di atas. Seorang guru harus mampu membuat suasana kelas yang menyenangkan namun kondusif. Jika suasana kelas tidak tenang, siswa tidak akan memiliki konsentrasi dalam mendengarkan pelajaran di kelas. Bahkan seorang guru pun tidak akan bisa mengajar dengan maksimal jika suasana kelas bising dan siswa mengobrol satu sama lain.

Dengan suasana belajar yang nyaman, kondusif dan dikombinasikan dengan kreatifitas guru, sangat memungkinkan bagi siswa untuk memahami dengan baik apa yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas, sehingga saat keluar kelas siswa tidak "blank",artinya siswa mendapatkan ilmu dari dalam kelas. Jadi siswa tidak hanya masuk kelas untuk duduk manis dan keluar kelas tanpa tahu apa yang diajarkan oleh gurunya di kelas.

Hindari penggunaan gadget yang berlebihan di sekolah

Siswa sekolah dasar semestinya tidak diperkenankan membawa handphone ke sekolah. Namun seiring dengan perkembangan jaman hal ini tidak dapat dihindari. Bisa dikatakan sangat banyak orang tua yang berkecukupan membekali anak mereka dengan handphone saat sekolah. Tentu saja hal ini membuat siswa memiliki banyak kesempatan untuk memainkan handphone mereka.

Guna menghindari siswa sekolah dasar menghabiskan waktunya untuk menggunakan handphone, misalnya main game di smartphone maka sekolah perlu memiliki aturan mengenai penggunaan handphone di lingkungan sekolah. Peraturan yang bisa diterapkan misalnya dengan menyediakan tempat penitipan handphone di sekolah dan mewajibkan siswa untuk meninggalkan handphone mereka di tempat penitipan saat memasuki lingkungan sekolah. Namun bisa juga peraturan dibuat menjadi lebih fleksibel seperti mewajibkan siswa mematikan handphone mereka saat berada di lingkungan sekolah.

Mengenai penggunaan handphone di luar sekolah maka orangtua siswa yang lebih memiliki peran penting. Hal ini tergantung bagaimana tanggungjawab orangtua siswa terhadap pendidikan anak-anak mereka. Pihak sekolah juga bisa memberikan penyuluhan kepada orangtua siswa mengenai batasan-batasan penggunaan handphone kepada siswa baik di sekolah dan diluar sekolah.

Perhatian yang maksimal dari guru terhadap siswa

Seperti kita ketahui bahwa masa-masa sekolah dasar adalah masa dimana pembentukan kepribadian siswa dimulai. Oleh karena itu setiap siswa perlu mendapatkan perhatian yang maksimal dari sekolah, khususnya dari guru.

Guru siswa sekolah dasar harus dekat dengan setiap siswanya tanpa terkecuali. Guru harus dekat dengan siswa dalam artian bahwa guru harus "menjemput bola" untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, khususnya permasalahan dalam belajar. Dengan mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar tentu akan mempermudah bagi seorang guru untuk membimbing siswa dalam proses belajar.

Kedekatan guru dengan siswa sangat penting karena dengan kedekatan ini siswa akan lebih terbuka kepada guru dan tidak segan-segan untuk mengatakan permasalahan yang dihadapi atau mungkin bertanya mengenai pelajaran-pelajaran yang tidak dimengerti ketika sedang proses belajar mengajar di ruang kelas.

Seorang guru juga perlu mengenal baik orangtua siswa sehingga lebih mempermudah menyelesaikan masalah belajar yang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan. Sebisa mungkin siswa sekolah dasar harus terhindar dari permasalahan keluarga diluar konteks belajar seperti misalnya perceraian orangtua -- yang bisa membuat semangat belajar siswa berkurang dan bahkan mungkin siswa tidak semangat untuk hadir di sekolah.

Kedekatan pihak sekolah, khususnya guru dengan orangtua siswa juga sangat penting. Seperti saya contohkan di atas, dengan kedekatan antara guru dan orangtua siswa maka akan mempermudah menyelesaikan masalah belajar yang dihadapi siswa.

Selain itu kedekatan antara guru dengan orangtua siswa akan menumbuhkan rasa saling percaya antara pihak sekolah dan orangtua siswa sehingga mampu menhindari hal-hal yang tidak diinginkan yang mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Hal-hal yang tidak dinginkan yang saya maksud misalnya kasus pemukulan oleh orangtua siswa terhadap guru. Adanya kasus pemukulan kepada guru ini menunjukkan bahwa tidak adanya rasa percaya orangtua siswa terhadap sekolah tempat siswa belajar.

Manajemen waktu belajar dengan benar

Dalam proses belajar, pengaturan waktu belajar sangatlah penting. Pengaturan waktu belajar yang baik dan benar akan menciptakan kedisiplinan dalam belajar baik di kelas maupun di luar kelas. Jika masih dalam ruang lingkup sekolah maka guru memiliki peran penting dalam mengatur porsi belajar, olahraga maupun istirahat.

Proses transfer ilmu tidak hanya bisa dilakukan di dalam ruang kelas namun juga bisa dilakukan di luar kelas. Oleh karena itu siswa perlu diberi porsi waktu yang cukup untuk belajar di luar ruang kelas. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa pelajaran olahraga biasanya dilakukan di luar kelas, namun mata pelajaran lain juga bisa diterapkan hal serupa. Hal ini bertujuan untuk memberikan suasana belajar yang berbeda sehingga mampu membangkitkan gairah siswa untuk belajar.

Bagaimana dengan waktu belajar dirumah? Selain tugas guru untuk melatih siswanya untuk bisa mengatur waktu belajarnya di rumah, tugas orangtua siswa adalah membantu dan memantau waktu belajar siswa di rumah.

Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk memastikan bahwa siswa belajar di rumah adalah dengan memberikan beberapa pekerjaan rumah yang sesuai dengan topik yang sudah di pelajari oleh siswa. Pekerjaan rumah tidak harus yang berat, namun tugas-tugas ringan yang berkaitan dengan topik yang sudah dipelajari maupun yang akan dipelajari.

Tugas lain yang bisa diberikan misalnya menulis ulang topik yang dipelajari hari sebelumnya atau tugas membaca topik yang akan di bahas di hari selanjutnya. Sebisa mungkin tugas yang diberikan adalah tugas yang membuat siswa dengan senang hati mengerjakan tugas tersebut.  

Penghargaan untuk setiap prestasi

Setiap orang akan senang jika hasil kerja mereka dihargai, begitu juga dengan siswa sekolah dasar. Setiap pencapaian atau prestasi yang diraih siswa baik besar maupun kecil perlu diberi penghargaan guna memupuk semangat belajar mereka.

Penghargaan yang diberikan tidak harus bernilai mahal, namun bisa berupa sertifikat maupun buku bacaan dan alat tulis menulis yang mendukung proses belajar siswa. 

Memberikan pemahaman mengenai pentingnya pendidikan

Sekolah dan para guru perlu berperan aktif memberikan pemahaman mengenai pentingnya pendidikan kepada masyarakat sekitar, khususnya para orangtua yang memiliki anak usia sekolah. Karena di beberapa tempat misalnya seperti di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) masyarakat belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

Kurangnya pemahaman ini membuat mereka enggan menyekolahkan anak-anak mereka. Mereka akan lebih memilih mengajak anak-anak untuk membantu pekerjaan daripada sekolah. Jadi dengan peran aktif dari pihak sekolah dan guru dalam memberikan pemahaman mengenai pentingnya pendidikan diharapkan akan mengurangi anak-anak yang putus sekolah.

Itulah beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi tinggal kelas dan putus sekolah siswa sekolah dasar. Secara garis besar bisa disimpulkan bahwa diluar ketersedian sarana pendididikan berupa gedung sekolah, meja, kursi, perpustakaan dan sarana pendukung lainnya, tiga elemen penting yang berperan dalam mencegah dan menanggulangi tinggal kelas dan putus sekolah siswa sekolah dasar adalah guru, orangtua siswa dan siswa itu sendiri.

Ketiga elemen ini harus berada dalam kesatuan dan menjalankan peran masing-masing. Guru harus dengan sepenuh tenaga mengajar, membimbing, dan memberi perhatian kepada siswa disekolah. Orangtua siswa harus mendukung penuh proses belajar anaknya baik saat ada di sekolah maupun saat dirumah. Terakhir yang paling penting adalah semangat belajar dari siswa itu sendiri.

Jika dalam proses belajar tanpa adanya semangat dan rasa ingin tahu dari dalam diri, maka tidak akan pernah memberi hasil yang maksimal. Seperti pepatah mengatakan "dimana ada kemauan, di sana pasti ada jalan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun