Mohon tunggu...
Tumbal Point
Tumbal Point Mohon Tunggu... -

Saya seorang blogger. Blogger Oot tepatnya. hehe, kunjungi blog saya : Dudi Oke SEO ala Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Cinta Boeat Dik Narti

15 November 2012   03:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:20 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah surat cinta dari WS Rendra yang sangat asyik buat di baca. Dalam dan to da point. Pantas dicontoh buat anak-anak muda jaman sekarang. Kamu suka dan cinta pada seseorang, tembak langsung !.

Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib, Dan angin mendesah, mengeluh dan mendesah, Wahai, dik Narti, aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini kala langit menangis dan dua ekor belibis bercintaan dalam kolam bagai dua anak nakal jenaka dan manis mengibaskan ekor serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai, dik Narti, kupinang kau menjadi istriku ! Kaki-kaki hujan yang runcing menyentuhkan ujungnya di bumi, Kaki-kaki cinta yang tegas bagai logam berat gemerlapan menempuh ke muka dan tak kan kunjung diundurkan.

Selusin malaikat telah turun di kala hujan gerimis Di muka kaca jendela mereka berkaca dan mencuci rambutnya untuk ke pesta.

Wahai, dik Narti, dengan pakaian pengantin yang anggun bunga-bunga serta keris keramat aku ingin membimbingmu ke altar untuk dikawinkan.

Aku melamarmu, Kau tahu dari dulu : tiada lebih buruk dan tiada lebih baik dari yang lain penyair dari kehidupan sehari-hari, orang yang bermula dari kata kata yang bermula dari kehidupan, pikir dan rasa.

Semangat kehidupan yang kuat bagai berjuta-juta jarum alit menusuki kulit langit : kantong rejeki dan restu wingit.

Lalu tumpahlah gerimis Angin dan cinta mendesah dalam gerimis. Semangat cintaku yang kuta bagai seribu tangan gaib menyebarkan seribu jaring menyergap hatimu yang selalu tersenyum padaku.

Engkau adalah putri duyung tawananku, Putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin laut, mendesahlah bagiku !

Angin mendesah… selalu mendesah dengan ratapnya yang merdu. Engkau adalah putri duyung tergolek lemas mengejap-ngejapkan matanya yang indah dalam jaringku..
Wahai, putri duyung, aku menjaringmu, aku melamarmu.

Kutulis surat ini kala hujan gerimis kerna langit gadis manja dan manis menangis minta mainan. Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan dan langit iri melihatnya.

Wahai, Dik Narti,  kuingin dikau…
menjadi ibu anak-anakku !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun